Soloraya
Rabu, 28 Juni 2023 - 14:24 WIB

Kesan Mewah di Konser Musik Campursari di TBJT Solo Sedot Perhatian Penonton

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Reuni penyanyi campursari, Nurhana (kiri), Endah Laras (tengah), dan Anik Sunyahni (kanan) di konser musik bertajuk Endahing Budoyo Larasing Campursari yang digelar di Pendopo Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Kota Solo, Selasa (27/6/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Kesan mewah terasa dengan kehadiran orkestra di pentas bertajuk Endahing Budoyo Larasing Campursari yang digelar di Pendapa Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Kota Solo, Selasa (27/6/2023) malam.

Brayat Endah Laras Orkestra membuat musik campursari menjadi lebih kaya warna. Dipadukan dengan gamelan dari grub yang 30 tahun menjadi pionir campursari, yakni Sangga Buana. 

Advertisement

Keduanya tidak saling bertabrakan, justru harmoni dan perpaduan keduanya bisa saling mengisi. Ini berkat kejelian aransemen dari komposer Tommy Widodo yang berhasil membuat komposisi baru sekaligus mempertahankan pakem campursari.

Percampuran itu sebenarnya bukan hal baru. Campursari sejak dulu dikenal sebagai genre musik yang memadukan antara nada pentatonis dan nada diatonis.

Sederhananya nada pentatonis hanya memiliki lima tangga nada yang biasa digunakan di gamelan Jawa dan Bali. Sedangkan diatonis memiliki tujuh tangga nada dari do, re, mi, dan seterusnya yang lazim ditemukan di musik modern dan berasal dari barat.

Advertisement

Maka duet dua grub musik Brayat Endah Laras Orkestra yang memainkan nada diatonis dan Sangga Buana yang memainkan nada pentatonis membuat sajian lagu-lagu campur sari malam itu tidak terasa dipaksakan. 

Yang menyedot perhatian pada pentas itu tidak hanya komposisi dan aramansemen baru, namun juga kehadiran para legenda hidup musik campursari, salah satunya Endah Laras. 

Endah Laras yang  mengenakan kebaya cokelat, membuka dengan sebuah epilog tentang awal mula perkembangan campursari dari awal ada hingga bisa berkembang lewat mastro seperti Manthou’s, Cak Diqin, sampai Didi Kempot. 

Campursari tidak hanya memberi hiburan, namu juga memberi penghasilan bagi orang lain yang menyediakan persewaan sound system, kajang, kursi, tata rias, hingga katerinng. Maka tidak berlebih ketika Endah menyebut campursari sebagai sumber penghidupan.

Advertisement

Setelah membawakan epilog itu, Endah bersenandung lagu Eling Emut. Suaranya yang melengking itu membuktikan bahwa dia memang piawai bernyanyi campursari. Imagenya yang selama ini melekat sebagai penyanyi keroncong seolah hilang ketika di atas panggung.

Di konser itu, juga menjadi panggung reuni dua penyanyi legend campursari yakni Anik Sunyahni dan Nurhana. Bersama Endah Laras, mereka bernyanyi Nyidam Sari ciptaan Andjar Any. 

Penonton awalnya dibuat pangling dengan Sunyahni dan Nurhana ketika naik di atas panggung. Namun, ketika mulai bernyanyi, para penggemar campursari segera ingat suara khas mereka berdua yang tidak pernah berubah.

“Bapak ibu tamu undangan, terakhir kali saya pentas bareng Mbak Nurhana itu kurang lebih pada 2005 acara sukitan di Demak. Kalau Mbak Nyahni terakhir seputar 2007 di Karangdowo acara selapanan bayi. Tombo kangen tenan iki,” kata Endah.

Advertisement

Nurhana mengungkapkan kesenangannya kembali pentas bernyanyi campursari setelah sekian lama vakum. Dia berterima kasih kepada ratusan penonton malam itu yang antusias menonton sejak awal.

“Rasane aku sangat sedih, kalau hanya sekali ini saja aku sangat sedih, kalau bisa berkali-kali gitu,” canda Nyahni ketika ditanya perasaannya kembali pentas di acara campursari. Candaan itu langsung direspons Endah Laras yang mengatakan bakal ada acara lain yang serupa. “Ini kali pertama dari sebelas yang direncanakan,” kata Endah.

Nurhana melanjutkan bernyanyi sendiri membawakan lagu Kusumaning Ati ciptaan Jujuk Eksa. 

Lalu Nyahni tampil lagi bersenandung lagu Rondo Kempling. Lagu yang sempat populer 2000-an itu dulu dia nyanyikan bersama sang pencipta lagu, Manthou’s. Namun, kali ini Nyahni tidak berduet dengan pencipta lagunya, melainkan dengan Kethis Penggih.

Advertisement

Salah satu yang khas dari penampilan duet di campursari adalah interaksi antarpenyanyi. Saling lempar dialog membuat penampilan keduanya terasa lebih cair dan enak dinikmati.

Panggung itu juga menjadi pelepas rindu bagi penggemar Cak Diqin, salah satu musisi generasi awal campursari. Cak Diqin kembali manggung membawakan lagu banyak diputar di era 2000-an yakni Cinta Tak Terpisahkan. Kali ini dia berduet dengan Endah Laras.

“Dadi eling tiga puluh tahun kepungkur, zaman aku isih enom. Alhamdulillah dengan ide Endah Laras campursari akan berkibar lagi, membahana di dunia ini. Acara seperti ini harus sering-sering diadakan, setidaknya sepekan sekali” kata Cak Diqin sambil bercanda.

Acara itu nyatanya membawa kenangan penonton di era awal campursari di Indonesia. Salah satu penonton asal Kebumen, Ngadiyo. Pria yang kini tinggal di Solo sejak 2006 itu teringat ayahnya yang sering membeli kaset campursari.

“Sehingga malam ini saya datang ke sini justru menghormati bapak saya yang sangat cinta Ibu Nurhana,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com di TBJT Solo, Selasa.

Ngadiyo mengatakan memiliki banyak koleksi kaset-kaset campursari yang diwariskan oleh orang tuanya. Menurut dia, panggung itu menjadi momentum para legenda hidup campursari reuni. 

Advertisement

Dia menyukai salah satunya lagu-lagu yang Nurhana lantaran memberi kesan mendalam buatnya.  Ngadiyo mengatakan lirik lagu yang dinyanyikan maestro campursari itu sangat indah dan menghibur. “Liriknya pas buat saya yang suka sastra,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif