SOLOPOS.COM - Ilustrasi imunisasi. (JIBI/Solopos/Dok)

Kesehatan Solo mengenai imunisasi kian marak ditolak warga.

Solopos.com, SOLO — Gejala penolakan pemberian vaksin lewat imunisasi kian merebak di Kota Solo. Banyak masyarakat yang enggan divaksin lantaran tidak adanya jaminan halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Solo ini berbatasan dengan daerah lain yang rapor imunisasinya merah. Sekarang ini gejala penolakannya semakin marak,” terang Efi Setyowati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Solo, ketika ditemui wartawan selepas kegiatan pemberian vaksin campak gratis bersama Ronald McDonald House Charities Peduli Jawa-Bali-Lombok dan Accor Hotel Solo di Mc Donald Slamet Riyadi, Kamis (3/9/2015).

Efi menuturkan beberapa faktor yang menyebabkan semakin merosotnya partisipasi warga untuk imunisasi antara lain karena belum adanya sertifikat halal vaksin dari MUI, kesibukan orangtua, serta ketidakpercayaan sejumlah orangtua pada fasilitas kesehatan gratis yang disediakan pemerintah.

“Ada beberapa orangtua atau sekolah berbasis agama yang tidak mengizinkan imunisasi di sekolah. Ada juga orangtua yang kurang mantap anaknya mendapat imunisasi di puskesmas. Padahal di dokter pribadi metode penyimpanan vaksinnya masih dipertanyakan. Di puskesmas atau yang disediakan pemerintah sudah terjamin aman,” jelasnya.

Menurut Efi, pemberian vaksin secara berkala sesuai jadwal kepada anak-anak bisa meminimalkan risiko penyakit. “Vaksin ini penting untuk mengurangi penularan penyakit kepada orang lain. Fungsinya juga untuk menekan risiko lain seperti komplikasi hingga kematian di beberapa kasus yang berat,” ungkapnya.

Program Manager Ronald McDonald House Charities Peduli Jawa-Bali-Lombok, Eliza Permata Sari, menambahkan faktor lain yang membuat imunisasi tak diminati adalah stigma yang kadung berkembang soal dampak pemberian vaksin yang tak jarang menimbulkan efek samping, salah satunya demam. Selain itu, umumnya anak-anak usia sekolah dasar juga takut diajak imunisasi.

“Anak-anak sering punya bayangan imunisasi menakutkan. Tapi di program jemput bola ini, kami memberikan inovasi imunisasi yang menyenangkan bagi anak-anak. Dengan diajak naik bus, balon, dan ada maskotnya yang lucu-lucu,” ujarnya.

Menurut Eliza, pemberian vaksin rutin bagi anak-anak menjadi investasi kesehatan yang diberikan orangtua bagi anak-anaknya. “Imunisasi itu investasi. Enggak perlu menunggu sakit dulu baru berobat,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya