Soloraya
Kamis, 31 Januari 2019 - 08:15 WIB

Ketemu Gubernur Ganjar, Pelajar Sragen Ini Minta Saran Cara Dakwah

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Hujan deras mengguyur Kota Sragen, Sabtu (26/1/2019) siang. Guyuran air itu tak menyurutkan semangat para remaja untuk memadati Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS).

Mereka antusias menghadiri Sragen University Expo 2019 yang digelar Keluarga Mahasiswa Sukowati, Jumat-Minggu (25-27/1/2019). Kedatangan sosok orang nomor satu di Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menjadi magnet bagi para pelajar dan mahasiswa tersebut.

Advertisement

Para miliarder Sragen yang hadir di acara talk show bertema “Kenali Diri Gali Potensi” juga membikin mereka penasaran. Dua orang miliarder yang datang hari itu, yakni pengusaha buah naga Gun Sutopo dan perwakilan dari Bukalapak.

“Kemarin baru makan siang di Korea. Bagi saya keluar negeri itu sudah biasa. Sarapan di Hong Kong, makan siang di Bangkok, dan makan malam di Jakarta itu sudah biasa. Cita-cita saya hanya menjadi orang bahagia. Penghasilan tidak seberapa tetapi bahagia,” ujar Gun saat berbincang dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang membikin gelak tawa orang yang hadir.

Advertisement

“Kemarin baru makan siang di Korea. Bagi saya keluar negeri itu sudah biasa. Sarapan di Hong Kong, makan siang di Bangkok, dan makan malam di Jakarta itu sudah biasa. Cita-cita saya hanya menjadi orang bahagia. Penghasilan tidak seberapa tetapi bahagia,” ujar Gun saat berbincang dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang membikin gelak tawa orang yang hadir.

Kesuksesan Gun Sutopo menjadi contoh saat Ganjar memotivasi remaja untuk menggali potensi diri. Ganjar menyampaikan melayani dengan cara konvensional itu harus ditinggalkan.

Ganjar ingat saat ada laporan jalan rusak di Gombong yang ditanami pohon pisang. Ganjar tinggal memerintahkan dinas terkait dengan ponsel pintarnya dan hanya menunggu dua jam sudah tertangani.

Advertisement

Kedatangan Ganjar juga menjadi ajang curahan hati (curhat) para pelajar dan mahasiswa. Fatimah, salah satu siswa SMKN 2 Sragen, yang diharapkan mengajukan pertanyaan malah curhat tentang adanya seseorang yang memfitnah dirinya.

“Masalahnya rumit. Kayak difitnah gitu lo, Pak,” ujarnya.

“Jadi itu pertanyaanmu? Kalau difitnah ya doakan saja supaya yang memfitnah berhenti,” jawab Ganjar.

Advertisement

Seusai Fatimah, ada Arsin, mahasiswa semester IV Fakultas Usuludin dan Dakwah IAIN Surakarta. Arsin meminta solusi model berdakwah di zaman digital atau zaman milenial.

“Bagaimana agama itu bisa masuk ke digital?” tanya Arsin yang bercita-cita ingin menjadi ulama itu.

“Coba ponselnya dibuka. Unduh aplikasi Muslim Pro. Di sana banyak, mau cari kiblat, komunitas, cari masjid, doa, sampai tempat makan halal ada. Agama sudah dikemas lewat aplikasi. Coba buka sosial media yang kamu miliki. Di akun-akun itu bisa menyampaikan soal agama ke publik,” saran Ganjar.

Advertisement

Syahlil Abdullah, alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB), dibikin bingung saat pakan puyuh naik Rp30.000 yang membuat para peternak kelimpungan. Syahlil menjadi peternak puyuh sejak lulus kuliah pada 2017 lalu.

Ia ingin mencari pakan alternatif tetapi belum mendapat jalan keluar. Menanggapi curhatan Syahlil, Ganjar menyarankan agar berkonsultasi ke IPB untuk mencari bahan alternatif dalam pembuatan pakan puyuh.

Ganjar mengapresiasi Syahlil yang sudah bisa mengidentifikasi masalah. Curhatan para pelajar dan mahasiswa itu menjadi penutup perjumpaan Ganjar dengan mereka di forum terbuka itu.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif