Soloraya
Selasa, 24 Januari 2023 - 19:33 WIB

Keterbatasan Ekonomi, Pemenuhan Gizi Belum Jadi Prioritas Sebagian Masyarakat

Bayu Jatmiko Adi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyuluh KB Ahli Utama, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dwi Listyawardani pada Webinar Spesial Hari Gizi dengan tema Pemenuhan dan Akses Gizi Berkualitas Masih Jadi Tantangan, yang disiarkan di Espos Live, Selasa (24/1/2023). (Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO — Butuh peran banyak pihak untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Hingga saat ini intervensi berbagai sektor untuk meningkatkan akses terhadap gizi masih berjalan dan akan terus didorong.

Keterbatasan ekonomi membuat sebagian kalangan belum memprioritaskan pemenuhan gizi berkualitas bagi anak dan keluarga mereka.  Butuh peran semua pihak untuk bergerak bersama sesuai dengan peranan dan keahlian masing-masing, dalam peningkatan status dan pemenuhan gizi keluarga Indonesia.

Advertisement

Penyuluh KB Ahli Utama, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dwi Listyawardani, dalam Webinar Spesial Hari Gizi dengan tema Pemenuhan dan Akses Gizi Berkualitas Masih Jadi Tantangan, yang disiarkan di Espos Live, Selasa (24/1/2023), menjelaskan mengenai beberapa program intervensi yang telah berjalan.

Di antaranya adanya program perlindungan sosial untuk meningkatkan daya beli rumah tangga. Baik program keluarga harapan (PKH), bantuan sosial tunai (BST), kemudian peningkatan pendapatan melalui pertanian dengan program pekarangan pangan lestari (PPL).

Advertisement

Di antaranya adanya program perlindungan sosial untuk meningkatkan daya beli rumah tangga. Baik program keluarga harapan (PKH), bantuan sosial tunai (BST), kemudian peningkatan pendapatan melalui pertanian dengan program pekarangan pangan lestari (PPL).

Kemudian ada intervensi bagi kelompok rentan seperti pemberian suplemen untuk remaja perempuan, ibu hamil dan ibu menyusui serta menggalakkan pemberian ASI dan MP ASI.

“Jadi pemerintah melalui APBN atau APBD, misalnya memberikan suplemen untuk remaja perempuan, ibu hamil, ibu menyusui,” kata dia.

Advertisement

Sedangkan untuk mendukung peningkatan kadar gizi pangan, ada program beras fortifikasi, minyak sayur fortifikasi, gandum fortifikasi dan bio-fortifikasi.

Kami BKKBN juga membuat terobosan khususnya di tingkat desa, dengan adanya upaya pemberdayaan, pemanfaatan pangan lokal untuk pemenuhan gizi. Kegiatan itu dilakukan dengan program dapur sehat atasi stunting (Dashat) dan bapak asuh anak stunting (BAAS).

“Melalui Dashat yang dikembangkan di desa-desa adalah bagaimana agar mereka memberdayakan masyarakat sehingga lebih pandai dalam menyusun menunya yang didapat dari sumber-sumber lokal, mengolahnya,” kata dia.

Advertisement

Sasarannya adalah anak-anak meskipun pada ibu hami juga diupayakan mendapatkan makanan dengan gizi yang bagus. Melalui program tersebut bukan hanya untuk peningkatan pemenuhan gizi, namun juga untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.

Sedangkan BAAS merupakan gerakan gotong royong seluruh elemen bangsa dalam mempercepat penurunan stunting yang menyasar langsung kepada keluarga berisiko stunting.

Menurut Dwi, yang dimaksud elemen bangsa adalah siapapun yang bersedia memberikan sumbangan terhadap sasaran stunting terutama balita, baduta stunting. Bisa dari kalangan perseorangan, dunia usaha, organisasi, dan sebagainya. Bantuan juga bisa berupa uang, barang dan lainnya, dan diharapkan program tersebut dikelola di kampung KB tidak dikelola secara individu untuk pemanfaatan yang tepat sasaran.

Advertisement

Webinar yang digelar Solopos Media Group (SMG) tersebut terselenggara atas dukungan dari Epson, Taman Rekreasi Saloka, Prima Food, dan Phapros.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif