SOLOPOS.COM - Seratusan orang menyaksikan Fragmen Ketoprak Sekaten di halaman Masjid Agung Solo, Kamis (21/9/2023) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Masa-masa 1990-an seni pertunjukan masih sangat diminati masyarakat. Semenjak kemunculan platform digital dan semakin mudahnya orang mencari hiburan, panggung seni tradisi seperti ketoprak semakin sepi.

Namun, bukan berarti masyarakat tidak meminati ketoprak lagi, penonton hanya beralih wahana dari panggung fisik ke ‘panggung digital’. Itulah yang disadari Sutradara Bakar Production, Dwi Mustanto.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dia berangkat bahwa ketoprak hari ini, harus menjemput penonton. Tidak terkecuali penonton YouTube. Dia sadar betul budaya menonton masyarakat berubah. Sejak kehadiran Internet orang lebih suka berlama-lama menonton di platform digital.

“Sebenarnya peminat ketoprak itu masih banyak, cuma konsepnya harus menjawab zaman, dan kita tidak mendatangkan penonton untuk kita, tapi bagaimana kita harus menjemput bola,” kata Dwi Mustanto ketika ditemui selepas pentas Fragmen Ketoprak Sekaten di Masjid Agung Solo, Kamis (21/9/2023).

Dia mengatakan ketoprak konvensional tidak efektif mendatangkan penonton baru yang lebih muda. Maka dia berusaha menjawab zaman dengan menghadirkan ketoprak dengan format Sitkom atau serial komedi berjudul Balada Kampung Kriwil.

Dwi berkukuh menyebut serial Balada Kampung Kriwil yang dibuat Bakar Production itu merupakan ketoprak yang beralih wahana ke YouTube. 

“Bakar Production itu ketoprak paling kekinian. Ya memang evolusinya harus se-ekstrim itu, tapi saya meniatkan membentuk Bakar itu, untuk jawaban bahwa ini ya inovasi dari ketoprak,” kat dia.

Bukan berarti mengalih wahanakan ketoprak menjadi serial komedi yang tayang reguler di YouTube itu mudah. Dwi harus memikirkan pilihan artistik, konflik, bahasa, sampai aspek viral.

Transisi alih wahana ketoprak terbilang sangat susah. Sebab mayoritas para pemain Balada Kampung Kriwil berangkat dari seniman ketoprak panggung. Para pemain harus menyesuaikan pola akting sampai cara berkomunikasi yang berbeda.

Adaptasi yang paling kentara yakni format komedi. Kalau di panggung ketoprak, para pemain terbiasa melakukan improvisasi, namun dalam format serial komedi bahkan komedi harus sesuai naskah.

“Butuh waktu untuk beradaptasi. Karena ada naskah yang harus dibaca dan dihafal. Karena kalau serial komedi dan film pendek itu acuannya harus naskah. Maka harus taat dan memang lebih saklek,” kata dia.

Meski begitu, bukan berarti ruang untuk improvisasi itu hilang sama sekali. Para pemain tetap dibolehkan berdialog tanpa naskah selama tetap sesuai konteks cerita. Namun, sejauh ini dia menyebut cukup susah melakukan itu. “Karena harus kontekstual,” kata dia.

Meski terbilang susah, transisi format ketoprak menjadi digital yang dilakukan Bakar Production terbilang cepat. Hanya butuh tiga bulan bagi para pemain untuk memahami format baru itu. Terlebih mereka memang sejak awal merupakan seniman ketoprak.

“Setelah teman-teman sadar bahwa panggung dan penonton kita sudah berbeda. Mereka adaptasi langsung cepat. Bahkan ada yang tidak sampai tiga bulan. Tapi beberapa memang lama,” kata dia.

Mengakali beberapa pemain yang sulit beradaptasi, dia arahkan untuk memainkan karakter yang tidak berbeda jauh kehidupan sehari-hari. Terlebih karakter sehari-hari para pemain saja sudah menarik dan tinggal dikembangkan.

“Saya menulis itu juga atas dasar karakter mereka masing-masing secara personal. Tidak memaksakan permain untuk memainkan karakter lain, tapi penyesuaian. Apalagi keseharian itu sudah menarik,” kata dia.

Sejak format ketoprak baru itu diusung di channel YouTube Bakar Production. Ternyata hanya butuh satu bulan untuk bisa viral. Faktornya adalah promosi di media sosial lain.

“Caranya kita buat video pendek yang menarik di Instagram, Tiktok, sampai Facebook. Waktu itu, yang viral sebetulnya bukan video panjang di YouTube, tapi video pendek-pendek itu,” kata dia.

Tim Bakar Production sadar unsur viral memang penting. Namun, yang lebih penting lagi membuat karya yang bagus. Dwi menegaskan sekalipun video pendek berisi cuplikan itu viral, namun jika karya di YouTube jelek maka penonton sudah dipastikan tidak betah.

“Ibarat masakan, dari dapur memang harus enak betul, makanannya harus enak. Ketika promo lalu orang mencoba, oh ternyata enak beneran,” kata dia.

Bakar Production sejak dirilis pertama tahun 2020 secara konsisten membuat cerita tentang permasalah hidup orang-orang pinggir atau orang kampung. Topik sepele seperti harga tempe atau harga minyak goreng yang mahal diangkat oleh Dwi.

“Kalau isu-isu politik yang besar, kita nggak ngangkat. Tapi kalau topik harga tempe dan minyak kita angkat. Kita harus ngomong itu, karena itu kan semua terdampak,” kata dia. 

Alhasil, penonton terbanyak berasal dari kampung dan orang Jawa. Sebab dialog dan komedi yang dihadirkan menggunakan juga berbahasa Jawa. 

Soal komedi, Dwi menjamin tidak ada kata umpatan.“Ga ada yang misuh (mengumpat), itu kita jaga, jane ya pengen, penontonnya pasti rame,” kata dia. Hal itu demi menjaga komitmen agar layak ditonton oleh semua kalangan.



Dia akan terus mempertahankan ketoprak dengan format sitkom atau serial komedi pendek yang disiarkan di YouTube. Tidak hanya itu, Dwi saat ini sedang mencari dan explore format baru untuk mengembangkan Bakar Production dari segi cerita.

“Mungkin yang bisa diexplore itu dari bentuk konfliknya. Saya juga belum punya rencana untuk menggali itu. Tapi pasti akan ke sana,” kata dia.

Nyatanya alih wahana ketoprak menjadi serial komedi itu berhasil menarik hati penonton muda. Warga Jagalan, Jebres, Solo, Yoga Tulus, 27, bahkan mengikuti serial komedi Balada Kampung Kriwil sejak awal.

Dia merasa sangat terhibur dengan cerita yang tidak jauh dari persoalan kampung. Format cerita semacam itu, membuatnya lebih mudah paham. Apalagi komedi yang dibawakan menurutnya kelewat lucu.

“Itu komedi Jawa asli. Terus ceritanya ya mudah dipahami. Aku nonton terus sejak episode 5 sampai sekarang. Kalau tidak ada kesibukan, pasti aku nonton on time,” kata dia.

Upaya mengubah format ketoprak itu juga menjadi bagian dari melestarikan tradisi Jawa. Terlebih seni ketoprak menjadi salah satu satu identitas Jawa. Bahkan seni itu pernah sangat digemari hingga mendapat tempat khusus di lingkungan Keraton Solo. 

Kini, Bakar Production berani merevolusi format ketoprak yang sudah ada sejak era Amangkurat I itu agar lebih mudah diterima oleh generasi hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya