Soloraya
Kamis, 29 September 2022 - 19:50 WIB

Ketika Pimpinan PKI Gelar Pertemuan Kilat di Prambanan Klaten

Yulia Mariska  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kota Klaten. (Istimewa/Kabupaten Klaten).

Solopos.com, KLATEN — Peristiwa G30S sampai sekarang masih membekas di benak masyarakat Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah menjadi partai besar di Indonesia.

Dilansir dari laman sejarahone.id, Kamis (29/9/2022), para pimpinan PKI melakukan pertemuan kilat yang berlokasi di wilayah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, 25 Desember 1925. Dalam pertemuan tersebut, para pimpinan PKI membahas tentang aksi mogok sampai aksi angkat senjata yang akan dilaksanakan para tani dan buruh.

Advertisement

Ada tujuan yang harus dicapai dalam pertemuan tersebut, yaitu aksi pemberontakan harus dilancarkan di seluruh wilayah Indonesia terhadap warga Belanda. Rencana itu kemudian disampaikan ke wakil komunis Internasional (Komintern) di Singapura.

Selanjutnya, PKI mengutus Alimin dan Musso pergi ke Singapura. Setelah Komintern Singapura menindaklanjuti aksi tersebut maka Alimin dan Muso diberangkatkan langsung dan menghadap pemimpin besar Komunis, yaitu Stalin di Moskow, Uni Soviet.

Setelah menerima perintah membatalkan aksi pemberontakan dan mengubah cara kerja PKI serta menyebarkan propaganda terhadap Belanda, akhirnya Muso dan Alimin pulang ke Indonesia. Namun, Muso dan Alimin melanggar perintah tersebut dengan melancarkan aksinya di Sumatera Barat dan di Batavia.

Advertisement

Baca Juga: Peristiwa Kentong Gebyok Klaten 1965, Daerah Tegalgondo hingga Prambanan Gempar

Akibatnya, pemberontakan tersebut cepat dicegah oleh Belanda karena persiapan Muso dan Alimin yang kurang matang dan adanya larangan PKI di Indonesia. Akhirnya Muso dan Alimin tertangkap Belanda dan dimasukan ke penjara.

Tahun 1935 sampai 1936 ketika Muso keluar dari penjara, ia sempat pulang pergi ke Moskow, Uni Soviet namun diusir dan balik lagi. Sampai 11 Agustus 1948, Muso pulang ke Indonesia melalui Yogyakarta. Seperti tidak takut terhadap hukuman, ia kembali melancarkan aksinya dengan para militan PKI di Madiun tanggal 18 September 1948.

Advertisement

Aksi tersebut dapat ditumpas oleh Divisi Siliwangi TNI. Muso dikepung satu peleton di Pacitan sampai akhirnya meninggal dunia karena ditembak dan jasadnya dibawa ke RS Ponorogo guna diawetkan sampai akhirnya dibakar secara diam-diam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif