SOLOPOS.COM - Ketua DPRD Solo Budi Prasetyo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Dampak positif penyelenggaraan Piala Dunia Usia 17 Tahun (U-17) di Kota Solo dua pekan terakhir dinilai belum sesuai ekspektasi awal.

Hal itu dikarenakan kurangnya animo masyarakat menonton di Stadion Manahan, tingkat keterisian kamar-kamar hotel yang tak signifikan, hingga dampak ekonomi yang kurang terasa bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Sejauh ini beberapa pertandingan ini, animo dari masyarakat belum sesuai ekspektasi awal yang diharapkan,” ujar Ketua DPRD Solo, Budi Prasetyo saat diwawancarai wartawan, Rabu (15/11/2023) malam.

Politikus PDIP itu menilai mestinya gelaran event internasional sekelas Piala Dunia bisa menarik orang berbondong-bondong ke Solo, utamanya untuk menyaksikan pertandingan di stadion. Dengan begitu roda ekonomi Solo bakal berputar.

Namun, nyatanya beberapa kali pertandingan digelar di Stadion Manahan justru sepi penonton. Artinya bisa dipastikan multiplier effect dari penyelenggaraan acara itu kurang terasa. Termasuk okupansi hotel di Solo yang tak seberapa.

“Nanti secara khusus dilihat usai event, kira-kira target PAD yang bisa masuk atau Pemkot Solo atau Pak Wali Kota menarik U-17 ke Solo, seperti apa. Tapi informasi awal dari beberapa pertandingan memang belum sesuai ekspektasi,” urai dia.

Budi Prasetyo juga menyoroti pengorbanan ratusan pedagang di Selter Manahan dan Selter Kuliner Kota Barat yang harus libur selama gelaran Piala Dunia U-17. Mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan. Apalagi tak dapat kompensasi.

“Setahu saya enggak dapat [kompensasi]. Lah kalau dari CSR saya tidak tahu. Kemarin sebenarnya sempat ingin kami sampaikan itu di pembahasan APBD, tapi agak lepas akhirnya di perhatian tu. Karena Pemkot tak ada inisiasi itu,” kata dia.

Di sisi lain, Budi mengatakan Pemkot Solo sudah mengeluarkan sejumlah anggaran untuk pembenahan sejumlah infrastruktur dan sarpras untuk mendukung penyelenggaraan Piala Dunia. Tepatnya gelaran Piala Dunia Usia 20 tahun.

Namun, dikarenakan event itu tidak jadi digelar di Indonesia, akhirnya infrastruktur dan sarpras digunakan untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-17. “Bicara impact positif dibandingkan yang sudah kami keluarkan, belum sebanding,” ujar dia.

Satu-satunya impact positif yang dirasakan Solo atas penyelenggaraan Piala Dunia U-17, menurut Budi, terkait branding kota. Sebab Solo semakin dikenal di kancah nasional dan internasional terkait infrastruktur sepak bola yang sudah bagus.

“Iya kalau itu [branding Solo]. Lebih mengenalkan Solo ke kancah internasional. Karena tidak semua kota mampu menyelenggarakan itu. Satu-satunya impact positif. Aspek lainnya masih perlu dievaluasi, dipikirkan lebih matang,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya