SOLOPOS.COM - Mbah Bayan Sukardi, 70, memainkan alat musik bambu di rumahnya pada Rabu (24/8/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN–Ketukan kode dari kentongan membuat Mbah Bayan Sukardi terinspirasi untuk menjadikannya alat musik.

Walaupun sederhana, alat musik dari bambu ini bisa menjangkau semua kalangan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Mbah Bayan Sukardi, 70, adalah satu satu penggiat seni dari Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh, Sragen. Kentongan dulunya digunakan untuk alat komunikasi tradisional, yang sekarang berkembang menjadi alat musik.

“Dulu terinspirasi karena ketukan dari kentongan, siji-siji rojo pati, loro-loro ana maling, kenthong telu omah kobong, kepapat banjir bandang,” terangnya sambil menyanyikan ketukan kentongan pada Solopos.com di rumahnya, Rabu (24/8/2022).

Jumlah ketukan pada kentongan mempunyai makna yang berbeda-beda, satu ketukan untuk mengabarkan orang meninggal. Dua ketukan untuk memberitahukan ada kemalingan. Tiga ketukan pada kentongan mengabarkan ada kebakaran, dan empat ketukan ada banjir bandang.

Mbah Bayan Kardi, sapaan akrabnya, mengatakan pembuatan alat musik dari bambu ini murah, bahan-bahannya juga ia dapat dari sekitar desa. Ciri khas alat musik bambu dari Desa Pungsari yaitu cara memainkannya dengan memukul sehingga bisa menghasilkan bunyi.

“Bambu tersebut kemudian dibuat menjadi alat musik, semacam gamelan, dengan Laras Slendro dan Laras Pelog. Dengan seiring berkembangnya waktu ada juga yang bernotasi Do Re Mi. Bambu yang tebal akan menghasilkan suara tipis, sedangkan nyaring membutuhkan bambunya tipis,” tambah Mbah Bayan Kardi.

Pentas dari alat musik ini dulunya ramai diundang hajatan. Menurut dia, alat musik dari bambu yang ia buat bisa memainkan semua genre musik, dari campursari, macapat, dan lagu anak-anak.

Saat ini Mbah Bayan Kardi menjadi pelatih kesenian di SDN 1 Pungsari di dekat rumahnya. Selain mengajar mengenai alat musik, juga mengajar tentang cara membatik.

“Kalau dari bambu modalnya juga murah, dan gampang. Jika harus beli gamelan juga mahal,” tambah Mbah Kardi.

Pendamping Kebudayaan Desa (Daya Desa) Kemendikbud, Ari Agus Putra Utama, mengatakan kurangnya antusias anak muda belajar alat musik bambu tradisional ini mengakibatkan kesenian ini terancam punah. Sedangkan sesepuh di Desa Pungsari Mbah Bayan Kardi sudah beranjak tua, masih sulit memulai regenerasi dan menjaga kesenian ini tetap eksis.

Selain musik dari bambu kesenian seni suara dari Desa Pungsari yaitu, Karawitan Laras Roso dan Keroncong Gema Manunggal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya