SOLOPOS.COM - Warga di Dukuh Singomodo, Desa Kandangsapi, Jenar, Sragen, menggelar sedekah bumi di pelataran makam Mbah Singomodo di dukuh setempat. (Istimewa/Qomarudin)

Solopos.com, SRAGEN — Dukuh Singomodo, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen, menggelar tradisi sedekah bumi pada Minggu (30/7/2023). Sedekah bumi ini merupakan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun sejak ratusan tahun yang lalu.

Sedekah bumi di Dukuh Singomodo diawali dengan ziarah ke Makam Singomodo, yang merupakan salah satu tokoh penting di desa tersebut. Setelah ziarah, warga kemudian berkumpul di lapangan desa untuk menggelar pengajian akbar. Dalam pengajian tersebut, hadir Wakil Bupati Sragen H. Suroto; Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Sragen, Joko Hendang Murdono; muspika Jenar; perangkat desa, dan warga.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dalam pengajian tersebut, penceramah K.H. Abdul Aziz Jumantono menyampaikan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan. Ia juga mengajak warga untuk melestarikan tradisi sedekah bumi sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan sebagai wujud kebersamaan antar warga.

Setelah pengajian, warga kemudian menggelar kirab tumpeng dan gunungan. Tumpeng dan gunungan tersebut merupakan simbol dari hasil bumi yang telah ditanam oleh warga. Tumpeng dan gunungan tersebut kemudian diarak mengelilingi desa dan diakhiri dengan kenduri bersama.

Kepala Disporapar Sragen, Joko Hendang Murdono, mengatakan bahwa tradisi sedekah bumi di Dukuh Singomodo merupakan salah satu tradisi yang perlu dilestarikan. Ia mengatakan bahwa tradisi sedekah bumi ini merupakan embrio wisata desa yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Joko berharap agar desa-desa yang memiliki tradisi sedekah bumi dapat mengembangkannya menjadi wisata desa yang dapat menarik wisatawan dari luar daerah. Ia yakin bahwa dengan pengembangan wisata desa, maka masyarakat desa akan dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Ada sesuatu yang unik dalam sedekah bumi yang digelar di Dukuh Singomodo. Keunikan itu terletak pada kewajiban menggunakan kacang tolo pada nasi tumpeng yang dibuat warga.

Hal tersebut disampaikan Modin Desa Kandangsapi, Qomarudin, saat dihubungi Solopos.com, Senin (31/7/2023). Tradisi sedekah bumi itu masih dilestarikan warga di lima RT, yakni RT 003A dan RT 003B Dukuh Selorejo; RT 004A dan 004B Dukuh Jaten; dan RT 005 Dukuh Singomodo. “Dalam sedekah bumi itu, ujar dia, ada tumpeng utama sebanyak tiga yang wajib lauknya kacang tolo” ujarnya.

Makam Singomodo, lanjut Qomarudin, memiliki seorang juru kunci yang bernama Mbah Slamet. Mengutip pernyataan Mbah Slamet, ia menjelaskan kacang tolo itu menjadi simbol gumantunging urip atau Menggantungkan Hidup kepada Sang Pencipta. “Kacang tolo itu salah satunya jenis kacang-kacangan yang masuk pala gumantung [tergantung], kacang lainnya rata-rata kependem [terpendam], ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya