SOLOPOS.COM - Ilustrasi Mi. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Banyaknya outlet mi di Solo membuat pendatang dari luar kota ingin mencoba berbagai jenis mi di Solo. Kuliner mi di Solo semakin dikenal dan ramai akibat unggahan di media sosial yang viral saat mempromosikan outlet-outlet mi di Solo. Namun tahukah kamu soal sejarah awal mula mi masuk ke Solo?

Pada abad ke-17, orang-orang etnis Tionghoa datang ke Solo, tepatnya di Pasar Gede, dengan tujuan utama berdagang. Seiring dengan itu, mereka juga membawa budaya kulinernya dan memperkenalkan ke masyarakat Solo, sehingga mulai bermunculan makanan yang identik dengan etnis Tionghoa, salah satunya adalah mi. Ini yang membuat kebudayaan Tionghoa melekat di Pasar Gede hingga kini.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mulanya, mi dikenal dengan pembuatannya yang menggunakan campuran daging babi. Saat itu, pencampuran daging babi dan mi masih menjadi kebiasaan yang wajar.

Bahkan, etnis Tionghoa membuat peternakan babi untuk mendapatkan daging babi dengan mudah. Peternakan itu dipusatkan di dekat dengan Kali Pepe agar kotoran babi lebih mudah dibersihkan. Lokasi peternakan ini terletak di daerah yang dikenal dengan Kampung Baben.

Sejarawan sekaligus pengamat makanan, Heri Priyatmoko, mengatakan bahwa mi mulai dikenal karena disebarkan ke kampung-kampung oleh orang-orang dari suku Jawa yang kebanyakan bermukim di daerah Gunung Kidul.

Mereka merantau dan ikut bersama etnis Tionghoa untuk bekerja. Sembari mengumpulkan modal untuk membeli gerobak dan membeli bahan-bahan, orang-orang Gunung Kidul pun mempelajari resep pembuatan mi agar bisa membuat usaha sendiri.

“Masakan orang Tionghoa sudah dijamin enak. Kalau ada tempat makanan yang kerap kali didatangi oleh orang Tionghoa pasti akan ramai karena rasanya sudah terjamin. Tanpa sadar itu lah yang kita pikirkan,” ucap Heri Priyatmoko.

Kepercayaan yang mengatakan bahwa selera orang Tionghoa tidak perlu diragukan memang sudah melekat di benak masyarakat Solo.

Setelah tidak bekerja dengan etnis Tionghoa, orang-orang Gunung Kidul mulai berjualan mi dan menyebar ke beberapa titik di Kota Solo. Ini membuat mi semakin dikenal dan semua kalangan bisa merasakannya.

Kemudian muncul lah berbagai tempat yang menjual mi dengan harga dan rasa yang beragam pula.

Begitu lah sejarah masuknya karya kuliner berupa mi ke Kota Solo dan kini sudah semakin banyak outlet mi di Solo. Mi seakan-akan sudah menjadi makanan yang harus dicoba saat kamu berkunjung ke Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya