SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pedagang buku belakang Sriwedari (Busri) korban kebakaran enggan menempati kios darurat yang telah disediakan Pemkot Solo sejak beberapa pekan lalu. Mereka mempersoalkan segi keamanan dan minimnya pembeli jika menempati kios darurat.

Pantauan Solopos.com, Selasa (20/8/2013), dari 22 kios darurat yang dibangun Pemkot, baru sekitar lima kios yang dibuka oleh pedagang. Sebagian kios berukuran 2 m x 2 m itu masih tertutup rapat dan digembok. Beberapa dinding kios terlihat dilapisi papan seng pada dinding yang semula hanya terbuat dari tripleks.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Di sisi lain, sejumlah pedagang memilih membuka lapak di kios lama yang terbakar. Mereka memasang atap dari terpal sebagai pengganti atap yang terbakar.

Seorang pedagang, Supriyati, 48, mengaku sudah sepekan membuka lapak di kios lama yang terbakar. Warga Sumber, Banjarsari tersebut mengatakan enggan membuka lapak di kios darurat lantaran masalah keamanan. Menurutnya, kios darurat kurang aman lantaran dindingnya hanya terbuat dari tripleks sehingga mudah disobek dengan benda tajam.

“Ini saja kalau tutup buku-bukunya saya bawa pulang, tapi buku yang setengah rusak saya tinggal di sini,” terangnya kepada Solopos.com.

Selain itu, menurutnya, jualan di kios darurat kurang laku sebab pembeli enggan menyambangi kios yang terletak di ujung. Mayoritas pembeli telah mengetahui letak kios buku di deretan Jl. Kebangkitan Nasional tersebut. Supriyati mengaku bakal pindah ke kios darurat saat kios yang terbakar dibangun. Dia juga bersiap melapisi dinding tripleks dengan seng.

“Saat ini kami belum memiliki modal sehingga enggak ada dana untuk perbaikan dinding agar menambah keamanan kios. Kalau kios yang terbakar ini dibangun saya akan pindah ke kios darurat,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Paguyuban Pedagang Buku Belakang Sriwedari, Khoirul Anam, membenarkan hanya lima kios pedagang yang buka di kios darurat sementara pedagang lainnya masih persiapan.

Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo, Widdi Srihanto, mengatakan belum bisa memprediksi waktu pembangunan kios yang terbakar yang dianggarkan dari APBD Perubahan senilai Rp450 tersebut. Pihaknya masih menunggu pembahasan dan penggedokan dari DPRD. Saat ini pihaknya dalam proses pengukuran dan gambar pembuatan detail engineering desain (DED) kios tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya