SOLOPOS.COM - Tumpeng diarak oleh Abdi dalem dalam acara Kirab Malam Selikuran dari Keraton Solo menuju Taman Sriwedari Solo, Selasa (11/4/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Abdi dalem dan kerabat Keraton Solo mengikuti Kirab Malam Selikuran dari Keraton Solo menuju Taman Sriwedari Solo, Selasa (11/4/2023) malam.

Tradisi ini dimulai turun temurun sejak Kesultanan Demak lalu diteruskan hingga Kerajaan Mataram Solo. Kirab Malam Selikuran dilaksanakan untuk menyambut malam Lailatul Qadar.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pantuan Solopos.com, para abdi dalem dan kerabat Keraton Solo keluar dari Keraton sekitar pukul 19.30 WIB menuju Jl. Slamet Riyadi dan langsung menuju Taman Sriwedari.

Pengageng Parentah Keraton Solo, K.G.P.H. Dipokusumo atau Gusti Dipo, mengatakan tradisi Malam Selikuran biasa digelar pada 20 Ramadan atau malam 21 Ramadan setiap tahunnya

Peserta kirab terdiri atas para abdi dalem, keluarga keraton, masyarakat, hingga pihak kepolisian yang bertugas mengamankan acara.

Para abdi dalem mengarak tumpeng berjumlah 1.000 buah. Gusti Dipo mengatakan jumlah tersebut menyimbolkan malam seribu bulan.

Tumpeng juga diiringi lampu ting atau lampu pijar dari Keraton menuju Taman Sriwedari. “Lampu pijar yang dibawa oleh para abdi dalem mesti dimaknai sebagai bagian dari malam lailatul qadar,” kata Gusti Dipo kepada wartawan, Selasa (11/4/2023).

Selain itu lampu pijar bisa dimaknai sebagai simbol dari obor yang dibawa para sahabat ketika menjemput Rasulullah SAW usai menerima wahyu di Jabal Nur.

Gusti Dipo mengatakan terdapat alasan mengapa arak-arakan atau kirab Malam Selikuran dimulai dari Sitihinggil Bangsal Keraton menuju Taman Sriwedari.

“Mengapa di Sitihinggil, karena ini berkaitan dengan sejarah, dulu tanah di sini sebagian diambil dari Talangwangi yang sekarang namanya Sriwedari,” tambah dia.

Rombongan kirab setiba di Sriwedari langsung disambut oleh masyarakat yang menanti kedatangan para kerabat dan abdi dalem itu.

Sesampainya di sana, tumpeng dan bingkisan nasi kemudian didoakan lalu dibagikan kepada masyarakat. Salah satu warga Kalioso, Gondangrejo, Puput Puspitasari, mengaku tidak tahu ada acara kirab.

“Saya ke sini mau ikut pengajiannya Gus Muwafiq, tahunya ada kirab dan bagi-bagi tumpeng. Ini kali pertama ikut Malam Selikuran jadi ya senang,” kata dia.

Acara dilanjutkan ceramah yang disampaikan oleh Gus Muwafiq. Para peserta duduk lesehan di depan panggung utama. Tidak hanya masyarakat umum, pengajian Malam Selikuran itu juga diikuti oleh pejabat dan kerabat keraton, sampai abdi dalem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya