SOLOPOS.COM - Keris sepanjang 3,5 meter dari Museum Gubug Wayang Mojokerto diberdirikan tanpa penyangga di Museum Keris Nusantara Solo, Rabu (23/8/2023) siang. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO—Rangkaian Kirab Pusaka yang akan digelar UPTD Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo pada Jumat (25/8/2023) akan dimeriahkan keris-keris buatan empu dari Madura dan koleksi dari Museum Gubug Wayang Mojokerto.

Salah satunya keris raksasa sepanjang 3,5 meter milik Museum Gubug Wayang Mojokerto yang bisa diberdirikan tanpa penyangga apa pun. Ada juga 30 keris ukuran standar dari museum itu yang juga bisa diberdirikan tanpa penyangga apa pun.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Penjelasan itu disampaikan Direktur Museum Gubug Wayang Mojokerto, Zura Nurja Ana, saat ikut konferensi pers Kirab Pusaka bersama Kepala UPTD Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Bonita Rintyowati, Rabu (23/8/2023).

“Kami akan men-support kembali Museum Keris Nusantara Solo dengan menghadirkan keris 3,5 meter yang bisa berdiri dalam empat posisi. Kami juga ikutkan 30 keris standar yang juga bisa berdiri tanpa penyangga apa pun,” ungkap Zura Ana.

Dia menjelaskan atraksi diberdirikannya keris raksasa dan puluhan keris standar tidak bisa dilakukan dalam waktu yang lama. Utamanya keris dengan panjang 3,5 meter, karena akan bahaya. Sehingga atraksi itu akan dilakukan beberapa waktu saja.

“Nanti tidak lama ya diberdirikannya, karena panjang sekali kerisnya. Bisa berbahaya juga kan,” tutur dia. Sedangkan Penanggung Jawab Museum Gubug Wayang Mojokerto, Budi Sudarto, mengatakan keris tak ada hubungan dengan aspek mistis.

“Bagi kami keris tidak ada kaitannya dengan gaib. Keris tidak ada urusannya dengan mistis. Keris punya makna dan falsafah yang terkandung. Tapi masih banyak pertanyaan masyarakat Jatim karena belum mengerti apa itu keris,” terang dia.

Merujuk kondisi tersebut, Budi mengatakan, Museum Gubug Wayang Mojokerto menjalankan program edukasi kepada masyarakat, utamanya generasi muda. Program itu berjalan sejak 2015 dengan menyasar institusi pendidikan formal.

“Keris hanya sebuah identitas, sebuah keindahan. Mulai 2015 kami berupaya mengenalkan pusaka di sekolah. Target kami 100 sekolah di Jatim. Sempat berhenti karena pandemi, kami mulai lagi ke SD, SMP, SMA, bahkan kampus-kampus,” kata dia.

Dalam kegiatan itu, Budi mengatakan generasi muda dijelaskan tentang bagaimana fungsi keras, makna, filosofi dan simbolisnya. Dengan begitu rasa takut masyarakat terhadap pusaka khususnya keris bisa dikikis sedikit demi sedikit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya