Soloraya
Sabtu, 20 November 2021 - 18:26 WIB

Kirim Kali, Tradisi Khas Warga Desa Wonorejo Karanganyar yang Lestari

Akhmad Ludiyanto  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nasi genthu dan tempe panggang jadi makanan khas dalam tradisi Kirim Kali di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar. (Instagram/@awesomejatiyoso)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kabupaten Karanganyar memiliki tradisi yang hingga saat ini masih dipelihara warganya. Di antara tradisi itu ada yang cukup dikenal. Antara lain tradisi Mondosiyo di Kelurahan Pancot, dan tradisi Dhukutan di Kelurahan Nglurah, keduanya di Kecamatan Tawangmangu.

Bahkan tahun ini keduanya sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) 2021. Selain itu, banyak daerah di kabupaten dengan sebutan Bumi Intanpari ini mengadakan tradisi bersih desa secara rutin tiap tahun.

Advertisement

Di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso ada juga tradisi unik yang hingga kini masih dipelihara oleh masyarakatnya. Tradisi ini bernama Kirim Kali. Tradisi ini diadakan setiap Sura. Biasanya digelar pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon, tergantung mana yang datang terlebih dahulu.

Baca Juga: Uniknya Tradisi Mondosio

Advertisement

Baca Juga: Uniknya Tradisi Mondosio

Jika dalam penanggalan itu Selasa Kliwon datang duluan, maka tradisi Kirim Kali diadakan Selasa Kliwon. Begitu pula jika dalam penanggalan datang Jumat Kliwon duluan, maka tradisi Kirim Kali diadakan Jumat Kliwon.

Tradisi di desa yang berjarak sekitar 29 kilometer (km) ke arah tenggara dari Alun-Alun Karanganyar ini dilakukan dalam sehari. Pagi-pagi, masyarakat datang dan berkumpul di sumber air, aliran air, atau tempat lainnya. Mereka datang dengan membawa makanan yang merupakan hasil bumi.

Advertisement

Baca Juga: Ini Uniknya Tradisi Dukutan yang Kini Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Setelah semuanya berkumpul, warga kemudian berdoa bersama dipimpin oleh pemuka agama setempat. Setelah itu, mereka pun pulang ke rumah masing-masing dengan membawa makanan yang mereka bawa. Sedangkan sebagian lainnya memakan makanan mereka di tempat tersebut.

Kepala Desa (Kades) Wonorejo, Sularno, mengatakan tradisi Kirim Kali ini sudah berlangsung sejak dahulu dan diwariskan secara turun temurun. “Sejak saya kecil tradisi ini sudah ada. Warga datang ke tempat-tempat sumber air atau aliran air atau tempat lainnya membawa makanan. Di sana mereka berdoa, lalu pulang membawa makanan yang mereka bawa,” ujarnya, Jumat (19/11/2021).

Advertisement

Menurut kades, tradisi ini adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah yang dilimpahkan kepada manusia. Tuhan menyediakan alam dan air yang dapat menumbuhkan berbagai tanaman yang mereka manfaatkan dalam kehidupan.

Baca Juga: TRADISI KARANGANYAR : Labuhan Gunung Lawu, Tradisi Turun Temurun Keraton Ngayogyakarta

“Sebenarnya ini adalah ungkapan rasa sukur saja, bukan yang lain. Karena Tuhan telah memberikan ladang-ladang yang bisa mereka tanami jagung, sayuran dan sebagainya,” imbuhnya seraya menambahkan bahwa sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Advertisement

Sularno menambahkan, meskipun tradisi Kirim Kali ini sudah menjadi tradisi desa setempat, tidak semua dusun melakukannya. Dari 15 dusun yang di Wonorejo, ada dua atau tiga dusun tidak melaksanakan tradisi tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif