SOLOPOS.COM - Sejumlah seniman seperti Yati Pesek dan Kirun datang melayat ke rumah duka Cak Diqin di Banyudono, Boyolali, Jumat (10/11/2023). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI –– Suasana haru terasa di rumah duka penyanyi dan pencipta lagu-lagu campursari, Muhammad Sodiqin alias Cak Diqin, di Desa Jipangan, Banyudono, Boyolali, Jumat (10/11/2023). Sejumlah seniman papan atas dan artis tampak hadir di rumah Cak Diqin yang meninggal dunia pada Jumat pagi itu.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, pada Jumat pukul 13.00 WIB, sejumlah orang sudah berdatangan di rumah duka. Jenazah Cak Diqin juga sudah berada di rumah yang berlokasi di RT 013/RW 003, Glagahan, Desa Jipangan, Banyudono, Boyolali, itu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Di antara mereka yang hadir ada Kirun, Yati Pesek, Marwoto dan lainnya. Mereka mengungkapkan rasa kehilangan dengan meninggalnya Cak Diqin.

Muhammad Syakirun atau lebih dikenal dengan nama panggung Kirun, yang mewakili para seniman memberikan sambutan mengatakan hari itu banyak seniman baik dari bidang musik, dalang, komedi dan lainnya, datang untuk memberikan penghormatan kepada sosok Cak Diqin.

Menurutnya, para seniman yang hadir itu kaget karena sebelumnya tidak tahu Cak Diqin sakit dan dirawat di rumah sakit. Baru pada Jumat pagi pukul 07.00 WIB ada kabar duka bahwa Cak Diqin meninggal dunia.

“Saking para seniman engkang kalenggahan menika dumateng keluarga engkang tinilar, ngaturaken belasungkawa [Dari para seniman yang hadir, kepada keluarga yang ditinggalkan, menyampaikan belasungkawa],” kata dia.

Dia menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat jika ada dari karya-karya Cak Diqin yang mungkin menyentuh atau menusuk hati. Kirun pun menyebutkan Cak Diqin memiliki banyak karya lagu.

Karya itu di antaranya lagu berjudul Mr. Mendem, Tragedi Tali Kutang, Mendem Wedokan, Cinta Tak Terpisahkan, lalu ada juga lagu Asmara Jumat Kliwon.

Aktif di Jalan Religi

Asmara Jumat Kliwon, syair yang terakhirnya gek kono gek mapan turu [segera sana, segera tidur],” lanjut dia. Menurut Kirun, mungkin juga sudah menjadi takdir Allah, hari itu, Jumat Kliwon, menjadi hari meninggalnya Cak Diqin.

Dia berdoa agar Cak Diqin diterima di surga dan husnul khatimah. Dia juga mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.

Seniman lain, Bagyo Gareng, juga mengaku merasa kehilangan sosok Cak Diqin. Baginya Cak Diqin semasa hidupnya merupakan teman, partner, sekaligus musuh.

Sebab saat di panggung, sudah bisa dipastikan akan terjadi cekcok di antaranya keduanya. Namun dari situlah kemudian bisa memancing tawa masyarakat atau penonton.

“Mungkin nantinya saya tidak akan mendapat pasangan seperti almarhum, yang dapat diajak bertengkar namun membuat orang ketawa. Ini saya sangat kehilangan. Semoga diterima di sisi Allah, dimaafkan semua salahnya,” kata dia.

Rasa kehilangan juga disampaikan seniman lawak, Marwoto. “Seniman atau masyarakat Indonesia merasa kehilangan dengan meninggalnya Cak Diqin,” kata dia.

Meski dikenal sebagai seniman, namun di akhir-akhir masa hidupnya, Cak Diqin ternyata juga aktif di jalan religi. Di rumahnya di Banyudono, Boyolali, dia aktif menggelar pengajian. Bahkan dia juga menggagas pendirian Pondok Pesantren Tanah Jawi dan Rumah Quran.

Seperti diinformasikan, Cak Diqin meninggal dunia pada Jumat (10/11/2023) sekitar pukul 07.00 WIB. Cak Diqin meninggal saat menjalani perawatan di RSUD Pandan Arang Boyolali.

Pada hari itu juga sekitar pukul 13.41 WIB, jenazah Cak Diqin diberangkatkan dari rumah duka menuju pemakaman di Glagahan, Desa Jipangan, Banyudono, Boyolali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya