SOLOPOS.COM - Seorang warga nyaris tergelincir di jalan yang licin seusai menjemput adiknya pulang sekolah di Kampung Tuwon, Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, Kamis (2/2/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com Stories

Solopos.com, WONOGIRI — Hari-hari sekolah bagi anak-anak di Kampung Tuwon yang terpencil di tengah hutan wilayah Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri, adalah hari-hari penuh perjuangan. Perjalanan yang harus mereka tempuh dari rumah ke sekolah selama kurang lebih 20 menit luar biasa menantang dan berbahaya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Seperti saat Solopos.com menyambangi wilayah itu dengan mengikuti Aziz, 17, pemuda asal Kampung Tuwon, Kamis (2/2/2023). Saat itu baru sekitar pukul 10.15 WIB. Aziz duduk di jok motornya yang terparkir di luar tembok halaman SDN 3 Kembang, Jatipurno, Kamis (2/2/2023).

Ia menunggu adik dan sepupunya pulang sekolah. Motor bebek yang sedang ia duduki tampak kotor. Ban, jeruji, dan mesin motor itu dipenuhi lumpur. Motor Aziz tampak paling kotor di antara motor-motor lain milik orang tua/wali siswa yang juga tengah menunggu anak mereka pulang sekolah.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi motor hitam yang ia kendarai, sandal dipakai Aziz juga terlihat kotor. Tidak jelas apa warna dasar sandal itu karena hampir seluruhnya tertutup lumpur.

“Aziz itu rumahnya Kampung Tuwon. Kalau mau ke sana bareng Aziz saja,” kata salah satu orang tua siswa SDN 3 Kembang menjawab pertanyaan Solopos.com soal jalan menuju Kampung Tuwon yang terpencil di tengah hutan Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri.

Aziz tak banyak bicara ketika Solopos.com bertanya kepadanya. Ia lebih sering menunduk diam dan terlihat pemalu. Dia menyebut butuh waktu sekitar 15-20 menit untuk menempuh jarak sekitar 4 km-5 km sampai ke Kampung Tuwon dari SD itu.

“Jalannya susah. Harus lewat hutan dulu,” ujar Aziz singkat. Sekitar pukul 11.00 WIB, adik dan sepupu Aziz keluar dari sekolahan. Solopos.com pun mengikuti mereka mengendarai sepeda motor melewati jalan rabat cor beton sejauh lebih kurang 1 km.

Jalan Licin Rawan Tergelincir

Sejurus kemudian mereka berbelok kiri ke jalan yang masih berupa tanah. Saat itu kondisi tanah masih basah karena diguyur hujan sehari sebelumnya. Jalan tanah itu berlumpur membuat ban motor Solopos.com maupun motor Aziz beberapa kali nyaris tergelincir.

Bahkan Solopos.com sempat harus turun dan mendorong motor keluar dari lumpur. Setelah motor kembali melaju beberapa ratus meter tanpa masalah berarti meski sesekali hampir jatuh tergelincir.

tuwon kampung di tengah hutan wonogiri terpencil
Seorang perempuan warga Kampung Tuwon, Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, menggendong anaknya, Kamis (2/1/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Di sebelah kiri jalan menuju Kampung Tuwon yang terpencil di Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri, itu berupa tebing-tebing dan kanan jalan berupa jurang. Tampak beberapa titik bekas longsor di jalan itu.  Di sepanjang jalan, ada beberapa tiang listrik.

Di tiang itu tertulis PMN (penyertaan modal negara) 2022. Menandakan daerah itu belum lama mendapatkan jaringan listrik. Berbeda dengan Solopos.com, Aziz yang memboncengkan adik dan sepupunya naik motor bebek hitam tampak lincah melaju di jalan tersebut.

Adik Aziz yang kelas III SD duduk di belakang dan sepupunya yang masih kelas I duduk di depan. “Sudah biasa begini,” kata Aziz. Meski sudah biasa, motor mereka beberapa kali hampir tergelincir. Aziz mengendarai motor lebih cepat dan tiba di Kampung Tuwon beberapa menit lebih dulu.

Bagi mereka, menyusuri jalan tanah berlumpur dan menantang bahaya memang sudah biasa, sudah menjadi bagian dari perjuangan tinggal kampung terpencil di tengah hutan. Semua itu dilakukan agar anak-anak tetap bisa bersekolah.

Kampung Tuwon di tengah hutan Setren, Slogohimo, Wonogiri, itu tampak sepi saat akhirnya Solopos.com sampai. Hanya ada beberapa anjing di luar rumah. Tak lama kemudian keluar seorang pria muda yang mengaku bernama Jiyono, 25.

Jaringan Listrik Baru Masuk Awal 2023

Yono, panggilan akrabnya, menjelaskan banyak tentang Kampung Tuwon saat berbincang dengan Solopos.com di teras rumahnya. Dia sadar kampung yang ia tinggali merupakan kampung yang hampir terisolasi di Wonogiri.

“Warga di sini punya listrik sendiri saja baru pertengahan Januari 2023 ini. Sebelumnya ganthol ke Desa Kembang [lebih kurang berjarak 4 km],” ucap Yono.

Dia menyebut tak ada akses jalan lain untuk keluar masuk Kampung Tuwon selain jalan bertanah yang dilewati Solopos.com. “Sebenere ada lagi, tapi tiga kali lipat lebih susah dan enggak bisa buat lewat motor,” katanya.

Jalan itu menurutnya adalah jalan dari Kampung Tuwon menuju pemukiman di Desa Setren, Slogohimo, Wonogiri. Warga Kampung Tuwon tidak bisa berharap banyak soal akses pembangunan jalan di sana. Mereka sadar betul jalan yang biasa mereka lalui bukan jalan desa, melainkan jalan lahan Perum Perhutani.

tuwon kampung di tengah hutan wonogiri
Sejumlah warga Kampung Tuwon, Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, berbincang di salah satu rumah warga, Kamis (2/2/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia).

Sangat sulit untuk membangun jalan di kampung yang dihuni 15 keluarga dan 51 jiwa itu. Selama ini warga hanya bisa berswadaya semampunya membuat jalan menggunakan batu-batu yang ditata. Tetapi itu pun hanya segelintir bagian.

Setiap musim hujan, bisa dipastikan terjadi tanah longsor di jalan itu. Dalam sepekan pertengahan Februari 2023 saja, setidaknya ada tiga lokasi longsor di jalan tanah itu.

Status Lahan Jadi Kendala Pembangunan Jalan

“Kalau harapan pasti ada. Ingin ada jalan yang layak. Tapi kami tidak berharap banyak, cuma swadaya semampu warga sini,” katanya. Menurut pemuda lulusan SMK delapan tahun lalu itu, kondisi jalan seperti itu sangat membentuk pola hidup warga Kampung Tuwon.

Warga seperti terisolasi. Dampaknya, banyak anak putus sekolah, hanya tamat SD atau SMP. Sampai saat ini, Yono sebagai satu-satunya anak yang tamat sekolah menengah atas secara formal. Dua orang lain harus mengikuti Kejar Paket C.

“Ada orang yang anaknya sarjana di sini. Tapi itu pindahan, bukan asli sini,” ucap Yono. Warga pun menjadi lebih jarang keluar kampung kecuali untuk menjual hasil pertanian. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah atau kebun dan ladang.



Sementara itu, Mbah Jaiman yang ditemui Solopos.com di rumahnya seusai berbincang dengan Yono, mengatakan kampung itu sudah ada sejak 1975-an. Sejak saat itu, kondisinya tak banyak berubah.

Terpisah, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menyampaikan Pemkab Wonogiri belum ada rencana membangun jalan menuju Kampung Tuwon. Dia beralasan jalan akses yang saat ini bisa dilalui adalah lahan milik Perum Perhutani.

Butuh proses perizinan yang panjang dan lama jika ingin membangun jalan itu. “Belum ada rencana untuk itu. Harus ke Perhutani dulu. Prosesnya sulit, butuh waktu yang lama juga,” kata Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya