SOLOPOS.COM - Perintis Sanggar Corat Coret Sragen, Arum Ardianti menunjukkan lukisannya di rumahnya di Sragen Tengah, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, pada Kamis (11/1/2024). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SRAGEN — Sekilas tidak ada yang berbeda dengan rumah bercat putih di pinggir jalan di wilayah Sragen Tengah, Kecamatan Sragen, Sragen pada Kamis (11/1/2024). Namun saat akhir pekan, rumah dengan halaman rimbun pepohonan tersebut dipenuhi oleh puluhan anak yang bermain dengan kuas dan krayon.

Rumah itu memang tempat anak-anak bisa bebas berkreasi menggambar apa pun yang mereka suka. Hal ini terlihat dari banyaknya wadah cat yang tersusun rapi di etalase. Lukisan-lukisan apik juga memenuhi tembok bercat putih di salah satu ruangan rumah itu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Nama rumah itu adalah Sanggar Corat coret Sragen. Perintisnya adalah Arum Ardianti. Lulusan Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini mendirikan Sanggar Corat Coret pada 2012 lalu.

Saat ditemui Solopos.com, ibu dua anak ini berkisah sanggar itu tidak semata-mata dirintis seperti bimbingan belajar (bimbel) yang menjamur di masyarakat. Menurutnya, dengan dua ruangan sanggar berukuran 7 x 6 meter persegi dan 6 x 4 meter persegi bisa menjadi tempat berkreasi, wahana edukasi, dan eksplorasi anak-anak.

Menurut Arum dunia eksplorasi anak terhadap seni rupa harus dibebaskan. Dia menyesuaikan kelas yang dibutuhkan sesuai keinginan anak. Misalnya ada anak yang hanya ingin menggunakan warna hitam putih di kanvas, kemudian Arum memberikannya materi fine art.

“Siswa kami kebanyakan murid dari anak mulai usia PAUD, TK, SD. Anak itu sepekan masuk sekali, terus ada dua sesi. Sesi pertama pukul 14.00 WIB sampai 15.30 WIB. Kemudian lanjut pukul 15.30 WIB sampai 17.00 WIB,” kata Arum.

Arum menilai anak-anak mempunyai dunia yang penuh warna dan imajinasi yang harus difasilitasi sedini mungkin untuk mengasah bakat mereka. Tidak hanya melukis di atas kanvas atau kertas, anak didik Arum juga bisa mencoba media lukis lainnya. Seperti melukis di atas talenan, dari papan kayu yang hanya menjadi peralatan memasak mampu disulap menjadi hiasan bernilai seni.

Tidak hanya menambah nilai seni, talenan lukis karya anak didik Arum juga telah dijual mulai harga Rp20.000.

Pameran

Perempuan 36 tahun ini aktif menggelar pameran karya anak didiknya sejak 2015 lalu. Dia menyelenggarakan pameran dari sekolah ke sekolah lain di Bumi Sukowati, sebutan Sragen. Selain pameran, Arum juga beberapa kali menggelar workshop seni rupa.

Tidak hanya di Sragen, karya anak didik Arum juga mejeng dalam pameran di Studio Kalahan miliki Heri Dono Jogjakarta dan di Vinautism Gallery Surabaya. Terbaru, pada November 2023 lalu, karya salah satu muridnya mampu mewakili Indonesia dalam ajang internasional menggambar di Korea Selatan untuk kategori SD sederajat.

Arum mengaku banyak orang tua yang datang mendaftarkan anaknya masuk sanggar. Tidak hanya dari Sragen, sanggar Arum juga dilirik oleh orang tua dari Karanganyar, Boyolali, bahkan Ngawi (Jawa Timur). Banyak juga yang meminta Arum mengajar secara daring, namun dia tolak.

Menurutnya belajar seni membutuhkan forum-forum kecil yang berfokus kepada 4-6 anak. Dalam sebulan, satu anak cukup membayar Rp100.000 untuk biaya kelas di Sanggar Corat Coret Sragen. Dia menilai banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk ikut kelas di luar sekolah formal.

Orang tua, lanjut Arum, biasanya ingin anaknya tidak kecanduan gawai sehingga harus diisi dengan kegiatan lain. Arum mengaku ingin mengembangkan seni rupa digital, baik itu desain grafis, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya