Soloraya
Sabtu, 5 Maret 2022 - 17:10 WIB

Kisah Bok Ronggo, Korban Tembakan Meriam Militer Belanda di Wonogiri

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nisan Bok Ronggo yang berada di tempat pemakaman Lom Manis, Kampung Sanggrahan, Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, tampak tak terawat pasca 15 tahun tak diziarahi, Sabtu (5/3/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Sebuah nisan di Permakaman Lom Manis, Kampung Sanggrahan, Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, tampak seperti nisan lainnya. Bedanya, nisan yang terletak di tengah-tengah permakaman itu dibubuhi satu kalimat yang cukup panjang.

Kalimat yang berbunyi, “sebagai korban peluru meriam tentara Belanda jang menjerang Kota Wonogiri dalam Clash ke-2”, terletak di bawah nama Bok Ronggo Soemoredjo beserta tanggal wafat dan usianya.

Advertisement

Di area sekitar tempat jasad Bok Ronggo dimakamkan, ada empat tiang penyangga atap untuk meneduhkan makam Bok Ronggo, sekaligus menjaganya agar tetap diingat dalam memori masyarakat.

Baca Juga: Tempat Kumpul Warga di Wonogiri Ini Ternyata Dulunya Tempat Jagal

Advertisement

Baca Juga: Tempat Kumpul Warga di Wonogiri Ini Ternyata Dulunya Tempat Jagal

Bani, 57, juru kunci makam menerangkan, Bok Ronggo adalah seorang perempuan sipil biasa. Ia sama tak sekali ikut campur dalam perang mempertahankan kemerdekaan RI. Namun, ia tiba-tiba saja menjadi korban peluru meriam tentara Belanda saat agresi mMiliter ke-2 pada akhir tahun 1948.

Bok Ronggo meninggal pada 24 Desember 1948, atau setidaknya demikian yang tertulis di nisannya. “Waktu itu, beliau [Bok Ronggo] katanya pada siang hari, sekitar habis dhuhur, rencananya mau mengantar makan kepada suaminya yang sedang bekerja. Tapi baru sampai di depan pintu rumahnya sebelum berangkat, ada meriam jatuh,” kata Bani.

Advertisement

Baca Juga: Jalan Utama ke Wisata Puncak Joglo Wonogiri akan Dilebarkan dan Diaspal

Seusai kejadian itu, para penduduk lalu memakamkannya di pemakaman Lom Manis, tak jauh dari tempat tinggalnya dan juga masih termasuk pusat kota.

Lalu mengapa makam Bok Ronggo berkesan istimewa karena turut dituliskan keterangan meninggalnya karena terkena peluru meriam Belanda sewaktu Agresi Militer ke-2? Bani menjelaskan, keterangan tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan keluarganya, penerusnya, dan lebih luas lagi kepada masyarakat umum bahwa, kematian Bok Ronggo adalah satu dari sekian banyak bukti bengisnya Agresi Militer Belanda ke-2 yang sampai mengorbankan warga sipil.

Advertisement

Terancam Dibongkar

Bani mengetahui seluruh cerita itu dari keluarganya yang setiap kali berziarah ke makam Bok Ronggo, lalu menceritakan kisah kematian Bok Ronggo kepadanya, selaku juru kunci makam. Namun sayangnya, terakhir kali makam Bok Ronggo diziarahi keluarganya lebih kurang terjadi pada 15 tahun lalu.

“Setelah itu enggak ada lagi yang berziarah,” ujar Bani.

Baca Juga: Kisah Sumber Air Beton Pracimantoro, dari Bisikan Buka Buah Kluwih

Advertisement

Seperti diketahui dari keterangan juru kunci pemakaman itu, ketika sesudah lebih dari 10 tahun sebuah makam tak lagi diziarahi keluarganya, maka makam tersebut sudah sah dibongkar untuk diganti menjadi tempat pemakaman orang lain.

Artinya, makam dan kisah sejarah dibalik wafatnya Bok Ronggo kini terancam hilang dari ingatan apabila nantinya dibongkar. Meski demikian, sambung Bani, pembongkaran sebuah makam harus disertai dengan izin dan persetujuan pemerintah kelurahan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif