SOLOPOS.COM - Objek wisata Umbul Jolotundo Klaten. (karanganom.klatenkab.go.id)

Solopos.com, KLATEN — Pisang adalah tanaman yang umum dijumpai di desa-desa Indonesia, namun jangan harap untuk menemukan pohon pisang di Dukuh Mao, Desa Jambeyan, Karanganom, Klaten, karena ada larangan untuk menanam tanaman buah tersebut.

Warga Dukuh Mao tidak ada satu pun yang berani menanam pohon pisang karena percaya hal itu akan mendatangkan marabahaya. Kepercayaan itu sudah melegenda dan diwariskan secara turun temurun. Bahkan sampai kini pun, kepercayaan itu masih dipegang teguh oleh warga.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tak hanya di Dukuh Mao, warga Dukuh Birinan, Desa Jambeyan, juga punya kepercayaan yang sama. Berdasarkan wawancara Solopos.com dengan Tri Rukun Widodo yang menjabat Sekretaris Desa Jambeyan pada Juni 2021, tidak adanya warga yang berani menanam pohon pisang di Dukuh Mao dan Birinan masih terkait dengan kisah Umbul Jolotundo.

Ada cerita terkait umbul tersebut yang menjadi cikal bakal munculnya larangan tanam pisang di Dukuh Mao, Jambeyan, Klaten. Konon, Jolotundo merupakan sumber mata air. Di tempat itu ada pertapa yang memiliki seorang putri cantik bernama Roro Amis.

Suatu ketika, Roro Amis mandi di sumber air itu menggunakan getek yang terbuat dari gedebok pisang. Saat mandi itu, Roro Amis terjatuh dari getek hingga kakinya berdarah karena tergigit sumpil (hewan sejenis siput).

Lantaran gigitan sumpil itu, nyawa Roro Amis tak tertolong. Hal itu membuat sang pertapa sangat sedih. Di tengah kesedihan itu, sang pertapa mengutuk sumpil di sekitar Jolotundo agar ujungnya yang lancip jadi tumpul.

“Ini berlaku sampai sekarang, sumpil di sini tetap tumpul [berbeda dengan sumpil di daerah lain yang umumnya lancip],” kata Tri Rukun Widodo.

Jadi Objek Wisata

Tak hanya itu, sang pertapa juga membuat larangan bagi warga sekitar Mao dan Birinan untuk tidak menanam pisang. Hal itu karena rakit gedebok pisang yang ditumpang Roro Amis sempat terhanyut hingga ke Dukuh Mao dan Birinan.

Hingga saat ini, larangan tanam pisang itu masih dipercayai warga Dukuh Mao dan Birinan, Jambeyan, Klaten. “Bisa dilihat, di Mao dan Birinan tak ada pohon pisang. Dulu, ada cerita di sini ada banjir dan sebuah bonggol pisang ikut hanyut. Akhirnya bonggol pisang itu tertanam di rumah seorang warga. Yang terjadi selanjutnya, warga itu meninggal dunia,” katanya.

Kini, Umbul Jolotundo di Kecamatan Karanganom, Klaten, menjadi salah satu tempat rekreasi air yang sangat menarik. Laman visitjawatengah.jatengprov.go.id, merekomendasikan wisata di Umbul Jolotundo karena menawarkan tidak hanya pemandangan sejuk dan indah tapi juga air yang masih alami.

“Pengunjung pasti akan merasa segar setelah berenang di sini. Selain itu, terdapat juga kantin yang menyediakan makanan dan minuman, sehingga jika Anda merasa lelah, lapar, atau haus, Anda bisa mencicipi berbagai hidangan yang tersedia di kantin,” tulis laman tersebut yang dikutip Solopos.com, Rabu (29/11/2023).

Pengelola Umbul Jolotundo, Syamsu Krisna Mukti, mengatakan Umbul Jolotundo dikenal sebagai petirtaan kuno. “Di sini, ada tapak kaki Bima juga [di sebuah batu besar di kompleks umbul]. Di sini ada juga Dewa Siwa dan Ganesa,” katanya kepada Solopos.com pada Juni 2022 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya