Soloraya
Selasa, 26 September 2023 - 10:30 WIB

Kisah di Balik Penamaan Desa Blangu di Sragen, Berawal dari Nyai Suramaya

Birgita Armasda  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu areal di Desa Blangu, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen. (sisca.sragenkab.go.id)

Solopos.com, SRAGEN — Desa Blangu di Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen, memiliki cerita rakyat yang menarik tentang asal usul penamaannya.

Gesi adalah salah satu kecamatan yang terletak di sebelah timur laut Ibu kota Kabupaten Sragen dengan jarak 14 km sedangkan dari Kota Solo menempuh 45 km. Daerah itu terbilang cukup gersang. Pada musim kemarau, daerah ini sering alami kekeringan hingga dilanda kekurangan air.

Advertisement

Di tengah keterbatasan tersebut, Kecamatan Gesi menyimpan banyak cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun. Salah satunya adalah tentang asal-usul Desa Blangu.

Mengutip artikel di sisca.sragenkab.go.id, Jumat (22/9/2023), konon pada zaman dahulu di Desa Blangun hidup seorang wanita bernama Nyai Suramaya. Meski tanah di sekitarnya kurang subur, Nyai Suramaya memilih bertahan dan bekerja keras untuk menghidupi dirinya.

Advertisement

Mengutip artikel di sisca.sragenkab.go.id, Jumat (22/9/2023), konon pada zaman dahulu di Desa Blangun hidup seorang wanita bernama Nyai Suramaya. Meski tanah di sekitarnya kurang subur, Nyai Suramaya memilih bertahan dan bekerja keras untuk menghidupi dirinya.

Kehidupan sehari-harinya adalah berjualan klenthing atau jun,yakni wadah air dari gerabah. Alat ini dijual di pasar Suwarung yang berlokasi di selatan Gumping. Klenthingnya laris manis karena masyarakat sekitar sangat membutuhkan alat tersebut kala mencari air bersih.

Suatu hari, seorang pria jahat bernama Kaki Lepas datang ke daerah tersebut untuk merampok Nyai Suramaya. Walaupun Nyai Suramaya hanyalah seorang penjual gerabah, namun wanita tersebut termasuk kaya. Ia berencana mencegat dan merampas semua hasil jualan Nyai sepulangnya berjualan klenthing dari pasar.

Advertisement

Singkat cerita, Nyari Suramaya berhasil melumpuhkan bahkan membunuh Kaki Lepas. Jasad pria tersebut konon terkubur di Dukuh Siwalan dan sekarang dinamai makam Lepas.

Suatu ketika, daerah yang berada di Kecamatan Gesi ini berbau langu atau menyengat. Bau tersebut tidak diketahui masyarakat setempat datang dari mana. Baunya menyerupai bangkai atau sampah. Ada yang menduga bau itu berasal dari jasad Kaki Lepas. Dari peristiwa itu, masyarakat memberi nama daerah tersebut Blangu, yang berarti ambune langu.

Sementara di akhir hayatnya, Nyai Suramaya sempat menyampaikan wasiat. Barangsiapa bersedia mengurus jasadnya serta mendoakannya saat ia meninggal dunia, maka orang tersebut akan diberi kelimpahan rezeki. Nyai Suramaya meninggal dunia pada Sabtu Pon dan dimakamkan di Blangu.

Advertisement

Desa Blangu sendiri masih kuat akan kelestarian budaya turun temurun. Setiap bersih desa yang dilakukan usai panen, akan digelar acara sadranan.

Desa Blangu memiliki 10 dukuh yakni Balak, Blangu, Bulak, Genengsari, Gumping, Jetis, Siwalan, Sudo, Wahyu, dan Winong.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif