SOLOPOS.COM - Ilustrasi Panggung Sangga Buwana di Keraton Solo. (Twitter)

Solopos.com, SOLO — Sudah bukan rahasia lagi, kawasan Keraton Solo dikenal wingit. Orang tak bisa sembarangan masuk dan melakukan aktivitas di kawasan itu.

Ada aturan-aturan yang wajib ditaati oleh semua orang yang mengunjungi Keraton Solo. Salah satunya wajib memakai samir saat memasuki kompleks Kori Kamandungan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Tak hanya pengunjung, bahkan drone atau pesawat tanpa awak yang hendak mengambil gambar kawasan Keraton harus memakai samir baru bisa diterbangkan.

Cerita itu diungkapkan Kuasa Hukum dari Mahamenteri Keraton Solo, KGPHPA Tedjowulan, yaitu Bambang Pradotonagoro, saat diwawancarai Solopos.com, Jumat (6/1/2023).

Bambang mengungkapkan cerita itu terjadi pada 2018 saat ia mendampingi kegiatan pemetaan kawasan Keraton Solo. Saat itu Bambang menemani tim untuk mengambil gambar kawasan Keraton menggunakan drone.

“Saya diminta Mahamenteri untuk mengoordinasi. Tolong didampingi, kami dampingi,” ungkap dia. Saat itu, menurut Bambang, muncul kendala saat tim akan mengambil gambar bagian demi bagian Keraton Solo.

“Ini jujur, pengalaman ketika mau mengambil foto Keraton Kilen, kan kami ambilnya dari keraton kilen, enggak bisa,” imbuh dia. Ketika ditanya maksudnya tidak bisa mengambil gambar, menurut Bambang, drone yang disiapkan tidak bisa terbang.

Sehingga akhirnya dia memasang samir atau kain kelengkapan yang biasa dipakai abdi dalem atau orang yang masuk kawasan Keraton Solo. “Enggak bisa terbang awalnya, akhirnya dikasih samir, tapi ora tak kei dupa, bisa terbang,” kata dia.

Menghilang di Masjid Agung

Setelah itu tim bergeser ke Ngabeyan, Tursina Putri, dan Keputren, untuk mengambil gambar. Proses pengambilan gambar di lokasi-lokasi itu tidak ada masalah.

Hingga tim ke tiba di Panggung Sanggabuwana yang merupakan ikon Keraton dan Kota Solo. Saat itu, lanjut Bambang, drone berhasil terbang mengitari Sanggabuwono. “Tapi ternyata ora ana gambare babar blas,” sambung Bambang.

Padahal saat itu menurut dia drone sudah dipasangi samir sehingga akhirnya diputuskan untuk membakar dupa. “Pas di depan itu enggak mau, baru kami kasih dupa, dan baru bisa mengambil gambar. Hasilnya pun ada gambarnya,” kata dia.

Setelah selesai di area depan Keraton Solo, Bambang mengatakan tim bergeser ke kawasan Sitihinggil dan Pagelaran. Di lokasi itu tim tidak mendapat masalah. Proses pengambilan gambar dari atas menggunakan drone bisa berjalan lancar.

Namun ketika tim mengambil gambar kawasan Alun-alun Utara, drone hilang dari layar kendali. “Drone hilang ketika berada di sekitar Masjid Agung. Enggak ada gambar posisi drone di mana, enggak ada. Hilang dari layar itu,” urainya.

Beruntung drone masih bisa ditemukan di sekitar Pasar Cinderamata yang terletak di sisi utara sebelah barat Alun-alun. Setelah mengalami peristiwa itu, diputuskan tim untuk tidak mengambil gambar dari atas Masjid Agung Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya