Soloraya
Rabu, 25 Oktober 2023 - 03:24 WIB

Kisah Fajar Riyanto, Nilai & Filosofi di Balik Gamelan Jadi Alasan Melestarikan

Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lilik Dwi Fajar Riyanto, pemuda asal Boyolali yang memilih menjadi pelestari alat musik tradisional gamelan. (Istimewa/Dokumentasi Pribadi)

Solopos.com, BOYOLALI — Pada Desember 2021 lalu, gamelan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

UNESCO mengatakan nilai filosofi gamelan lebih dari sekadar pertunjukan. Gamelan juga berperan sebagai sarana ekspresi budaya serta membangun koneksi antara manusia dengan semesta. 

Advertisement

UNESCO juga menilai gamelan yang dimainkan secara orkestra mengajarkan nilai-nilai saling menghormati, mencintai, dan peduli satu sama lain.

Hal itulah yang membuat Lilik Dwi Fajar Riyanto, pemuda asal Boyolali memilih menjadi pelestari alat musik tradisional itu.

Gamelan merupakan alat musik tradisional yang sering ditemui di berbagai daerah di Indonesia, seperti misalnya di Jawa, Bali, Madura, dan Lombok. 

Advertisement

Istilah gamelan Jawa mengacu secara umum kepada gamelan di Jawa Tengah. Alat musik ini diduga sudah ada di Jawa sejak tahun 404 Masehi. 

Hal tersebut terlihat dari adanya penggambaran masa lalu di relief Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dalam pemanfaatannya, gamelan bisa digunakan dalam berbagai kegiatan. 

Sebagai alat musik tradisional, gamelan tidak hanya dipakai dalam pertunjukkan seni, namun juga bisa digunakan pada acara adat dan ritual keagamaan tertentu. Misalnya dalam pernikahan adat ataupun ritual keagamaan Hindu di Bali. 

“Saya tertarik menjadi pelestari gamelan tradisional karena keseharian menyaksikan orang tua angkat saya yang bekerja sebagai perajin gamelan. Saya merintis usaha ini sejak 2019,” kata dia, dihubungi Solopos.com, Jumat (20/10/2023).

Advertisement

Pelestarian alat musik ansambel tradisional itu dilakukannya dengan membuka usaha pembuatan gamelan, promosi, hingga memasarkannya. Dari situ, ia mampu mengantongi minimal Rp 100-150 juta setahun. 

Fajar tak sendirian menjalankan usahanya. Dia dibantu 8 orang karyawan untuk mengerjakan pesanan dari pekan ke pekan.

Ia tahu usahanya itu tak bisa berjalan harian, lantaran pesanan biasanya datang musiman. Kendati begitu, Fajar terus berusaha meningkatkan penjualan dengan promosi di media sosial.

Gamelan yang mulai dilirik untuk dipadukan dengan instrumen modern membuatnya optimistis bakal meningkatkan penjualan di kalangan anak muda.

Advertisement

“Media sosial TikTok menjadi tempat yang luar biasa. Campur sari yang menggunakan gamelan dipadu musik jedag-jedug bikin anak-anak muda mengenal apa itu gamelan. Meski belum signifikan, tapi saya yakin ke depan akan ada perkembangan,” terangnya.

Fajar tak menjadi perajin yang memulai membuat instrumen musik perkusi yang digunakan pada seni musik karawitan itu dari 0.

Dia mendatangkan gamelan-gamelan yang di antaranya terdiri dari Gong Kempul, Gong suwuk, Gong Laras Nem, Bonang Barung, Bonang Penerus, Kenong, Kethuk Kempyang, Slenthem, Gender, Demung, Saron, Peking, Gambang, dan Suling itu dari kabupaten tetangga, Sukoharjo.

Alat musik itu didatangkan setengah jadi kemudian diramu bersama sejumlah karyawannya menjadi barang ready to sell. “Usaha saya memang fokus mengerjakan finishing untuk kemudian dijual,” kata dia.

Advertisement

Fajar melayani pesanan gamelan secara satuan maupun per set. Ada tiga jenis bahan gamelan yakni besi, kuningan, dan perunggu.

Untuk gamelan berbahan besi yang biasanya banyak dipesan untuk praktek karawitan di sekolah, dibanderol dengan harga Rp 60 juta per set.

Sementara gamelan berbahan kuningan setingkat di atas besi dengan harga paling murah Rp250 juta per set. Paket gamelan paling terbuat dari perunggu seharga Rp400 juta per set.

Ia mengaku tak hanya melayani konsumen dalam negeri tapi juga mancanegara, antara lain Malaysia, Singapura, Jepang, dan New Zealand. 

Atas usahanya itu, Fajar meraih Apresiasi 11th Satu Indonesia Awards 2020 kategori Individu, Kewirausahaan untuk Tingkat Provinsi dari Astra.

Tiga tahun berlalu Fajar masih tetap berjalan pada pilihan hidupnya. Ia tetap mengerjakan pesanan gamelan dan menjualnya ke banyak peminat.

Advertisement

“Ini sedang mengerjakan dari pengadaan pemerintah, selain tetap produksi untuk stok dagangan. Produksi berjalan lancar karena harga bahan baku perunggu yang menyesuaikan harga timah dan tembaga relatif stabil,” tuturnya.

Meski telah mendapatkan penghargaan, langkah Fajar tak berhenti sampai di situ. Ia mengaku bakal terus berinovasi dan mengikuti perkembangan zaman namun tetap selaras dengan semangat tradisional gamelan.

“Inovasi baik secara komposisi gamelan ataupun pemasaran harus tetap saya cari. Karena harapan saya, tugas melestarikan peninggalan dan khasanah budaya nenek moyang ini enggak cuma saat ini tapi ke depan,” tandasnya.

Usaha Fajar diberi nama CV. Berkah Bopo yang beralamat di Kampung Malangan RT014/RW003, Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif