SOLOPOS.COM - Proyek pembangunan jalan tol Solo-Jogja yang menerjang wilayah RT 009, Dukuh Ronggolanan, Desa Kranggan, Jogonalan, Klaten. Foto diambil Senin (10/7/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com Stories

Solopos.com, KLATEN — Ratusan hektare (ha) lahan di Klaten dibebaskan untuk pembangunan jalan tol Solo-Jogja. Mayoritas lahan terdampak merupakan lahan pertanian dan sebagian permukiman warga. Bahkan ada perkampungan yang seluruh warganya harus pindah dan kampung tersebut hilang karena terdampak tol.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Di Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, misalnya. Di desa tersebut ada dua kampung yang diterjang proyek pembangunan jalan tol. Satu kampung di Dukuh Ngentak dan satu kampung lainnya di Dukuh Ronggolanan.

Di Dukuh Ngentak, permukiman warga satu RT yakni RT 014 seluruhnya terkena proyek tol Solo-Jogja. Ada sekitar 27 keluarga yang sebelumnya tinggal di RT tersebut. Sementara di wilayah RT 009, Dukuh Ronggolanan hanya sebagian yang kena.

Sejak 2021, warga dua kampung di Kranggan, Polanharjo, Klaten, itu yang pekarangan dan rumahnya dibebaskan untuk pembangunan jalan tol Solo-Jogja mulai membongkar rumah. Bagian bangunan rumah lama yang masih bisa dimanfaatkan dikumpulkan untuk membangun rumah di tempat baru.

Pembongkaran itu dilakukan warga setelah mereka menerima uang ganti kerugian pembebasan lahan mereka. Rumah-rumah di wilayah Ngentak yang sebelumnya berdiri di satu kompleks perkampungan dan sudah ditempati secara turun temurun kini rata dengan tanah, hilang.

kampung terdampak tol solo-jogja klaten
Suasana kampung yang seluruh lahannya terdampak Tol Solo-Jogja di Dukuh Ngentak, RT 014/RW 005, Desa Kranggan, Polanharjo, Klaten,Selasa (21/9/2021). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Truk hingga alat berat hilir mudik di lahan bekas perkampungan itu merampungkan proyek pembangunan jalan tol Solo-Jogja. Lahan yang sebelumnya sawah dan permukiman sudah berganti pemandangan dengan sebagian kini berdiri tiang-tiang cor yang menjulang.

Kepala Desa Kranggan, Jogonalan, Klaten, Gunawan Budi Utomo, membenarkan ada satu wilayah RT yang seluruh rumah dan pekarangannya dibebaskan untuk pembangunan jalan tol Solo-Jogja yakni RT 014, Dukuh Ngentak.

Sebanyak 27 keluarga yang sebelumnya tinggal di satu kompleks kampung itu kini sudah menyebar membangun rumah dan beradaptasi dengan tempat tinggal baru. Ada yang masih tinggal di wilayah Kranggan ada pula yang pindah di wilayah luar kecamatan seperti di Wonosari dan Delanggu.

Meski sudah pindah rumah dan berada di luar desa, data kependudukan warga terdampak tol masih tercatat sebagai warga Desa Kranggan.

Dukuh Ronggonalan, Desa Kranggan

Kondisi yang hampir serupa terlihat di bekas perkampungan di RT 009, Dukuh Ronggolanan, Desa Kranggan, Jogonalan, Klaten, yang juga kena proyek tol Solo-Jogja. Tersisa satu bangunan di wilayah RT 009 yakni Masjid Nur Hidayah yang saat ini berada di tengah lokasi lahan pembangunan tol.

Masjid itu masih digunakan untuk kegiatan ibadah dan belum dibongkar lantaran masih menunggu proses administrasi pemindahan. Calon lokasi lahan untuk pemindahan masjid itu sudah disiapkan. Hanya selemparan batu dari tempat lama dan bakal berada di sisi barat jalan tol.

tol solo-jogja klaten
Masjid Nur HIdayah menjadi satu-satunya bangunan terdampak proyek tol Solo-Jogja yang belum dibongkar di Dukuh Ronggolanan, Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Senin (10/7/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

“Nanti yang membangunkan masjid dari pihak tol,” kata salah satu warga Dukuh Ronggolanan, Muhammad Ali, 48, saat ditemui Solopos.com di rumahnya yang bersebelahan dengan Masjid Nur Hidayah itu, Senin (10/7/2023).

Meski Terpisah, Ikatan Persaudaraan Warga Tetap Terjaga

Ali juga menjadi salah satu warga RT 009, Dukuh Ronggolanan, yang rumah dan pekarangannya terdampak pembangunan jalan tol Solo-Jogja di wilayah Klaten. Rumahnya “bergeser” dari tempat sebelumnya.

Dia memanfaatkan pekarangan di depan rumah lamanya untuk membangun rumah baru. Ali menjelaskan tidak semua rumah di RT 009 yang diterjang proyek tol. Ada lebih dari 10 rumah di Ronggolanan yang terdampak pembangunan jalan bebas hambatan itu.

Saat ini tersisa sekitar lima rumah di wilayah RT 009 termasuk rumah Ali. Rumah Ali berada di depan jalan desa dan bersebelahan dengan lokasi lahan untuk pembangunan jalan tol.

Soal warga lain yang terdampak tol Solo-Jogja dari Dukuh Ronggolanan, Jogonalan, Klaten, Ali menjelaskan tempat tinggal mereka kini sudah berpencar-pencar. Ada yang tinggal di Kecamatan Jatinom, ada pula yang kini beradaptasi dengan tempat tinggal baru di Kabupaten Boyolali.

Meski tak lagi tinggal di satu kompleks, warga Dukuh Ronggolanan masih intens berkomunikasi. Belum lama ini mereka menggelar halalbihalal. Ibu-ibu juga rutin menggelar arisan meskipun kini mereka tak lagi tinggal bersebelahan.

Titik kumpulnya di Masjid Nur Hidayah yang tak lama lagi dibongkar dan dipindah. “Karena sebenarnya warga yang terdampak di sini masih memiliki ikatan saudara,” kata Ali.

Kepala Desa Kranggan, Gunawan, menjelaskan masjid itu bakal dibongkar dan dipindahkan karena terdampak proyek pembangunan jalan tol Solo-Jogja wilayah Klaten.

“Rencana nanti dipindah tidak jauh dan posisinya berada di sebelah barat tol. Ini masih dalam proses administrasi. Target pada Agustus nanti proses pembangunan masjid [pengganti] sudah dilaksanakan,” kata Gunawan.

Dukuh Mendungan, Desa Kapungan

Kampung lainnya yang terdampak proyek pembangunan jalan tol Solo-Jogja di Klaten yakni Dukuh Mendungan, Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo. Sebagian warga yang secara turun temurun sudah tinggal di dukuh itu pindah rumah setelah menerima ganti rugi pembebasan lahan sekitar dua tahun lalu.

tol solo-jogja klaten
Suasana kompleks perumahan Mendungan Baru yang menjadi tempat tinggal baru warga Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, terdampak tol Solo-Jogja, Senin (10/7/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Sebagian warga pindah dan membangun rumah di satu kompleks lahan yang sebelumnya sawah sehingga kampung tersebut hanya bergeser. Nama kampungnya kini menjadi perumahan bernama Mendungan Baru. Jaraknya sekitar 700 meter dari kampung lama mereka.

Kompleks perumahan Mendungan Baru itu terdiri dari sembilan rumah dan kini dilengkapi musala. Sekitar dua tahun lalu warga membangun rumah yang bersebelahan dengan wilayah Dukuh Kapungan tersebut.



Salah satu warga mengatakan satu kompleks lahan yang kini menjadi perumahan Mendungan Baru itu sebelumnya tanah pribadi. Warga yang tinggal di sembilan rumah tersebut terhitung masih satu trah.

“Kami masih tercatat sebagai warga RT 003/RW 002 Dukuh Mendungan. Keluarga masih banyak yang tinggal di sana [tidak terdampak pembangunan tol]. Kalau rumah lama sekarang sudah rata dengan tanah,” kata perempuan yang enggan menyebutkan nama tersebut.

“Kalau awal-awal tinggal di sini suasananya lumayan panas karena belum banyak pepohonan tinggi. Sekarang mulai ditanami pepohonan biar teduh. Ya disyukuri, adaptasi dengan suasana baru dan punya tetangga baru,” imbuhnya.

Kepala Desa Kapungan, Rakhim Fauzi, mengatakan ada 25 keluarga di Dukuh Mendungan yang rumah mereka terdampak pembangunan jalan tol Solo-Jogja wilayah Klaten. Sebagian besar mereka masih tinggal di wilayah Kapungan dengan mendirikan rumah baru di tanah keluarga atau membeli tanah di wilayah Kapungan.

Ada yang membentuk satu kompleks kampung dan diberi nama Mendungan Baru. Meski secara lokasi kampung itu terpisah dengan kampung lama, warga tetap menghendaki masih tercatat sebagai warga Mendungan.

“Ada 25 keluarga yang pindah rumah keluar dari Desa Kapungan. Ada yang di Desa Ngaran, Kecamatan Polanharjo dan ada yang di Blanceran, Kecamatan Karanganom,” kata Fauzi.

Dukuh Bladu dan Desan Wetan, Joton

Di wilayah Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Klaten, permukiman di dua wilayah RT tergusur pembangunan jalan tol Solo-Jogja. Seusai menerima UGR, warga dari dua wilayah RT itu ramai-ramai membangun rumah di lahan yang masih berada di desa setempat.

tol solo-jogja joton klaten
Salah satu blok lahan di wilayah Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Klaten, dimanfaatkan untuk membangun perkampungan baru oleh warga terdampak tol Solo-Jogja. Foto diambil Senin (29/5/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Ada dua blok lahan yang digunakan untuk membangun rumah baru bagi puluhan warga terdampak pembangunan tol Solo-Jogja di Desa Joton. Satu kompleks berada di timur Dukuh Mampiran dan satu kompleks berada di Barat Dukuh Mampiran.

Pada Mei lalu, rata-rata rumah masih dalam proses pembangunan karena warga terdampak tol di Joton baru mulai menerima pembayaran UGR pada awal 2023 ini.

Kepala Desa (Kades) Joton, Aris Gunawan, mengatakan ada dua RT yang dilewati proyek tol Solo-Jogja. Dua RT itu yakni RT 004 Dukuh Bladu dan RT 005 Dukuh Desan Wetan. Dari dua RT itu 80 persen harus relokasi.

“Sebagian warga ada yang di timur Dukuh Mampiran sekitar 35 keluarga. Kemudian ada di sisi barat Dukuh Mampiran sekitar 26 keluarga,” kata Aris saat ditemui di Kantor Desa Joton, Senin (29/5/2023).

Aris mengatakan mayoritas warga yang rumahnya terdampak pembangunan tol Solo-Jogja di Joton, Klaten, menghendaki tetap ingin tinggal di wilayah Joton. Salah satunya lantaran mereka sudah nyaman dan secara turun temurun tinggal di desa tersebut.

Hanya sebagian kecil warga terdampak tol yang pindah keluar desa. Itu pun karena menempati tanah warisan orang tua. “Jadi bukan membeli tanah di luar desa. Dari jumlah itu saat ini yang terdeteksi baru dua keluarga yang keluar Joton,” jelas Aris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya