SOLOPOS.COM - Salah satu pendiri Sedulur Kompak, Gogon Irama, saat berada di Markas komunitasnya di Dusun Tegalsari, Kaligentong, Gladagsari, Boyolali, Senin (14/11/2022). Kompak telah berdiri sejak empat tahun lalu. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI–Sebuah komunitas yang bergerak di bidang sosial, Sedulur Kompak, telah berdiri pada Desember 2018 di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Waktu itu, belum ada pemekaran wilayah menjadi Kecamatan Gladagsari.

Salah satu pendiri Sedulur Kompak, Gogon Irama, mengatakan pendirian Sedulur Kompak berawal dari semangat pengabdian.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Dirinya terinspirasi dari lagu Raja Dangdut, Rhoma Irama yang berjudul Pengabdian. Menurut dia, lagu tersebut memang perlu diamalkan tak hanya untuk didengar atau dinyanyikan.

“Sebagai contoh pengabdian kepada masyarakat yaitu rasa saling merasakan. Susah, senang, sedih, gembira, itu menjadi tanggung jawab dan kewajiban sesama sebagai manusia untuk berbagi rasa,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya Dukuh Tegalsari, Desa Kaligentong, Kecamatan Gladagsari, Senin (14/11/2022).

Baca Juga: Kisah Mbah Usrek Boyolali, Jual Rica Murah karena Pernah Hidup Susah

Terlepas dari semangat pengabdian, keinginan untuk membangun Sedulur Kompak berawal dari pengalaman pahitnya yang ditinggal ayahnya meninggal dunia saat dia kecil.

Gogon kecil tinggal di rumah yang tak layak, sewaktu hujan selalu kehujanan. Bahkan, dirinya pernah sakit akan tetapi tidak bisa berobat karena tidak punya uang.

“Cuma lagu Bang Haji [Rhoma Irama] yang menemani dan saya jadikan semangat. Sosok Rhoma Irama itu salah satu inspirasi dan juga sebagai pengganti bapak,” kata pria yang berprofesi sebagai tukang parkir di Pasar Ampel tersebut.

Perasaan pernah hidup susah itulah yang membuat Gogon tak ingin ada anak yatim lain bernasib sama. Dirinya ingin anak-anak yatim atau yatim-piatu dapat tinggal di rumah dengan nyaman dan tidak kesulitan berobat.

Ia bersama ketujuh temannya kemudian mendirikan Sedulur Kompak Ampel yang berfokus untuk membantu anak-anak yatim.

Baca Juga: Inspiratif! Komunitas Sedulur Kompak Boyolali Bedah Rumah Warga Tak Mampu

Akan tetapi, kegiatan Sedulur Kompak tak hanya untuk anak yatim seperti santunan dan bedah rumah anak yatim. Namun, juga santunan orang lanjut usia dan giat ambulans gratis.

“Yang pakai jasa ambulans gratis kami tak hanya orang Ampel atau Gladagsari. Misal orang luar mau pakai ya silakan, gratis. Tapi biasanya kalau ada yang luar kota begitu mereka menitipkan uang untuk sedekah ke Sedulur Kompak. Kalau buat saya malah tidak saya terima,” ujarnya.

Belasan rumah anak yatim juga telah dibangun oleh Sedulur Kompak. Gogon mengatakan pengumpulan dana biasanya dari donasi masyarakat dan juga kerja sama dengan pemerintah desa setempat.

Kemudian, Gogon juga mengatakan bantuan untuk anak yatim tak hanya berupa uang. Kadang, bantuan berupa kambing atau bantuan usaha diserahkan agar anak yatim dapat produktif berwirausaha.

Walau sering mengadakan bedah rumah untuk orang lain, Gogon ternyata belum memiliki rumah sendiri. Dirinya mengaku tinggal serumah dengan saudaranya yang lain. Ia mengatakan satu rumah terdiri dari keluarga.

Baca Juga: Ulang Tahun Ketiga, Sedulur Kompak Boyolali Luncurkan Ambulans Baru

“Saya belum kepikiran untuk punya rumah, wong pekerjaan sulit. Saya kan tukang parkir di Pasar Ampel, tapi kadang dimintai tolong apapun begitu saya mau, kayak nyopir begitu,” jelasnya.

Namun, hal tersebut tak menjadi masalah bagi Gogon. Ia mengatakan akan terus bersemangat mengabdi untuk sesama bersama 20 anggota Sedulur Kompak.

Sementara itu, salah satu Dewan Penasihat Sedulur Kompak, Dwi Adi Agung Nugroho, menceritakan sebelum Gogon dan kawan-kawan mendirikan komunitas sosial tersebut, Gogon telah aktif mengikuti kegiatan serupa.

“Akhirnya membuat Kompak itu dan konsentrasi utamanya untuk kegiatan kemanusiaan. Uniknya Kompak ini tidak didukung oleh orang-orang yang punya finansial cukup. Akan tetapi mereka benar-benar telaten iuran dari teman-teman dan dengan donasi yang rata-rata tidak besar,” kata dia.

Baca Juga: Di Usia 15 Tahun, Remaja Boyolali Ini Harus Banting Tulang Hidupi Ibu dan 4 Adiknya

Pada Desember 2022 nanti, Sedulur Kompak akan menginjak umur keempat. Dwi Adi yang telah bersama dengan Sedulur Kompak berharap anggotanya tetap konsisten dengan kegiatan untuk membantu sesama.

Tak hanya itu, ia juga berharap terus ada kolaborasi antara Sedulur Kompak dengan berbagai organisasi untuk terus bergerak di bidang sosial.



“Saya bangga dengan Kompak karena sampai hari ini masih konsisten dan tetap eksis di bidang sosial. Dan dari anggota dan masyarakat juga percaya serta memberikan amanah kepada Kompak untuk menjalankan tugas-tugas kemanusiaan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya