SOLOPOS.COM - Muhammad Alhafizi, balita di Desa Repaking, Wonosegoro, Boyolali, yang ditinggal ayahnya yang meninggal dunia dan ibunya yang merantau ke Jakarta. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Kisah memilukan bocah-bocah Desa Repaking, Wonosegoro, Boyolali, ini sungguh miris. Mereka telantar dalam kemiskinan.

Solopos.com, BOYOLALI — Jauh dari “mercusuar” yang dibangun Pemerintah Kabupaten Boyolali di bagian selatan yang menelan dana miliaran rupiah, ada wajah memilukan di Boyolali utara. Di Desa Repaking, Wonosegoro, seorang anak-anak, termasuk balita, hidup dalam kemiskinan dan tak terurus setelah ditinggal orang tua mereka yang meninggal dunia atau kabur entah ke mana.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Di atas dipan kayu beralas matras, anak balita itu tidur terlelap. Wajahnya bulat polos. Tak ada yang menemaninya tidur selain bantal guling, kain jarit, dan botol kempongan kosong. Tak berselang lama, saat rombongan tamu dari tim Peduli Anak Yatim Boyolali (PAYB) datang, balita itu terbangun.

“Anak ini namanya Muhammad Alhafizi. Sehari-hari ia diasuh neneknya,” ujar Jack Juventini, koordintor rombongan PAYB saat melakukan survei bersama Solopos.com di Desa Repaking, Wonosegoro, Boyolali, akhir pekan lalu.

Usia Hafizi belum genap dua tahun, namun sudah ditinggal mati ayahnya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Untuk memutar ekonomi keluarga, ibu Hafizi terpaksa merantau ke Jakarta sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Kondisi inilah yang membuat balita itu terpaksa diasuh neneknya yang hidup pas-pasan di RT 005/ RW 003 Desa Repaking, Wonosegoro.

Nasib tak kalah berbeda juga dialami Putri Novitasari, 10. Siswi kelas VI SD itu sehari-hari hidup dalam kemiskinan bersama kakek-neneknya di rumah terbuat dari kayu RT 004/ RW 002 Desa Repaking, Wonosegoro. Ayah Putri meninggal karena sakit. Tulang punggung keluarga digantikan ibunya yang kini menjadi PRT di Ibu Kota Jakarta.

Ada lagi nasib anak Desa Repaking yang lebih pilu dari itu semua. Dialah Dewi Yuli, bocah berusia delapan tahun yang tak memiliki ayah dan ibu. Sehari-hari, Dewi dititipkan neneknya yang tinggal di sepetak rumah gedek beralas tanah di RT 007/ RW 003 Desa Repaking. Karena kemiskinan pula, nenek Dewi akhirnya merantau ke Jakarta menjadi pembantu. “Sekarang Dewi dititipkan ke saya. Simbahnya ke Jakarta sebagai pembantu,” ujar Fathonah, tetangga Dewi yang iba melihat bocah malang itu.

Alhafizi, Putri Novoitasari, dan Dewi Yuli, adalah potret buram anak-anak Desa Repaking, Wonosegoro. Mereka tak hanya miskin kasih sayang dari ayah ibunya, namun juga miskin secara ekonomi. Tim PAYB mencatat, sedikitnya ada 30-an anak-anak yatim di Desa Repaking yang hidup memprihatinkan. Baca juga: PROYEK MERCUSUAR BOYOLALI : Seno Ingin Bikin Miniatur Gunung Merapi.

Banyak Bocah Miskin

Selain tak memiliki ayah sebagai tulang punggung keluarga, mereka juga dititipkan di rumah kakek-neneknya atau kerabatnya lantaran ibunya harus mencari nafkah di luar kota. “Ada juga anak yatim yang masih bersama ibunya di rumah. Namun, ekonominya ya pas-pasan karena ibunya hanya kerja sebagai buruh tani,” jelas Jack.

Alfin salah satunya. Bocah yatim berusia lima tahun ini masih tinggal bersama ibunya, Sumini, yang bekerja sebagai buruh tani. Sehari-hari mereka tinggal di rumah gedek di RT 001/ RW 003 Desa Repaking.

Ada juga anak piatu yang harus diasuh kakaknya lantaran ayahnya kabur tak bertanggung jawab. Dialah Vanesa, bocah berusia 10 tahun yang hidup bersama kakaknya di RT 001/ RW 003 Desa Repaking, Wonosegoro dalam kondisi memprihatinkan. Ibu Vanesa mati karena sakit komplikasi. “Sementara ayahnya pergi entah ke mana,” kata Jack.

Sekretaris Camat Wonosegoro, Pono, tak menampik bahwa warga Desa Repaking cukup banyak yang hidup dalam kemiskinan. Ia menyambut antusias rencana Komunitas PAYB dan para dermawan yang berkenan membantu warganya yang hidup dalam kesusahan, khususnya dari keluarga kurang mampu. “Mayoritas warga Desa Repaking, Wonosegoro memang hidup dalam kemiskinan. Kami sangat berterima kasih jika ada pihak-pihak yang mau peduli membantu mereka,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya