Soloraya
Senin, 18 Juli 2022 - 14:55 WIB

Kisah Paguyuban Bendi Sukoharjo Berbagi Antrean Agar Penghasilan Merata

Magdalena Naviriana Putri  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penumpang menaiki kereta kuda bendi di car free day Sukoharjo, Minggu (17/7/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Paguyuban kereta kuda atau Bendi di Sukoharjo berdiri sejak 2008. Kini paguyuban itu memiliki sekitar 20 anggota.

Sebanyak 17 angota Paguyuban Bendi memilih mangkal di depan Gedung Pusat Promosi Potensi Daerah Kabupaten Sukoharjo (GP3D) saban hari. Sementara tiga lainnya berada di lokasi lain.

Advertisement

“Ini mulai [paguyubannya sejak] 2008, dulu hanya sekitar lima orang. ini total ada 17 anggota. Kalau di Sukoharjo ada juga di Taman Pakujoyo. Ada sekitar 3 bendi di sana,” cerita salah satu anggota Paguyuban Bendi Sukoharjo, Fajar Adi Pratama, 22, saat ditemui Minggu, (17/7/2022).

Fajar mengatakan setiap kusir Bendi memiliki kudanya sendiri. Dia menyebut tidak semua orang bisa menjadi kusir Bendi. Sebelum menjadi kusir mereka harus berlatih mengendalikan laju sang kuda.

Advertisement

Fajar mengatakan setiap kusir Bendi memiliki kudanya sendiri. Dia menyebut tidak semua orang bisa menjadi kusir Bendi. Sebelum menjadi kusir mereka harus berlatih mengendalikan laju sang kuda.

“Tidak bisa sembarangan orang makai [menjalankan kereta kuda/bendi], harus memahami karakter kudanya dulu. Kan dua nyawa jadi satu ibaratnya,” jelas Fajar.

Baca juga: FOTO KAWASAN MANAHAN : Berkeliling Manahan

Advertisement

Selama ini, kata Fajar, banyaknya kereta kuda yang mangkal bersama tidak pernah menjadi masalah bagi para kusir. Mereka justru mengatur strategi khusus agar seluruh anggota mendapat penghasilan.

“Ya sudah kaya keluarga sendiri, tidak ada persaingan. Diatur pakai antrean. Jadi [kusir bendi yang akan mengangkut penumpang] harus nunggu antrean dulu. Harus disiplin biar rata,” kata dia.

Penghasilan para kusir bendi tidak menentu. Dia mengatakan selama pandemi Covid-19 bahkan sempat kesulitan mencari penumpang.

Advertisement

Baca juga: Kuda di Manahan pun mulai bercelana

“Biasanya tidak menentu, tergantung teman-teman yang keluar [mangkal] di hari itu banyak atau tidak, kan ada antrean itu. Pendapatan di hari biasa, biasanya sekitar Rp60.000-Rp80.000 per orang, itu sudah maksimal,” kata Fajar.

“Kalau hari libur atau pas CFD [car free day] biasanya bisa Rp140.000-Rp160.000 atau dua kali lipatnya lah,” tambah Fajar.

Advertisement

Dia menyebut selain hari libur dan saat CFD beberapa kusir bendi itu juga mangkal di lokasi tersebut sejak pukul 15.00 WIB.

Mereka memiliki rute pendek dan panjang di sekitar daerah itu dengan tarif penumpang Rp20.000-Rp40.000 sekali naik.

Rata-rata penumpang bendi adalah mereka yang membawa anak kecil atau biasanya pasangan muda yang ingin berjalan-jalan. Fajar berharap pekerjaannya ke depan menjadi semakin maju, seiring dengan kebijakan pelonggaran pandemi Covid-19.

Baca juga: NAIK BENDI

Kusir lain, Panto, mengatakan telah ikut dalam paguyuban tersebut sejak tiga tahun lalu. Dia menyebut sempat berlatih di jalanan kampung sebelum terjun ke jalanan besar.

“Ini sudah tiga tahun lebih, terkadang libur satu hari dalam se pekan. Dulu belajarnya di kampung-kampung dulu sebelum ke jalan besar, sekarang sudah jinak juga kudanya. Di rumah ada lima kuda,” kata pria asal Telukan, Grogol, Sukoharjo.

Dia menyebut penumpang tidak bisa memilih bendinya. Mereka harus menunggu antrean jika mau memilih bendi, kecuali kusir bendi yang di lompati diberi uang, hal itu tidak menjadi masalah.  Jika tidak begitu, bendi yang tidak dipilih akan kesulitan mencari penghasilan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif