SOLOPOS.COM - Pemuda yang juga perangkat Desa Tunggur, Slogohimo, Wonogiri, sekaligus pegiat literasi, Dhiya Restu Putra, di Dalem Pasinaon, Tunggur. Foto diambil Desember 2022. (Istimewa/Dhiya Restu Putra)

Solopos.com, WONOGIRI — Bagi pemuda yang juga perangkat desa atau perdes Tunggur, Slogohimo, Wonogiri, Dhiya Restu Putra, 22, tidak ada cara lain membangun manusia desa kecuali dengan meningkatkan literasi.

Menurutnya, infrastruktur desa boleh saja dibangun, tetapi tanpa pembangunan manusia akan menjadi sia-sia. Orang desa tetap akan menjadi ndeso. Pria yang akrab disapa Restu itu mempunyai visi membangun manusia-manusia desa yang berwawasan luas, berpola pikir baik dan benar, dan mempunyai cita-cita besar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Untuk mewujudkan cita-cita membuat orang desa tidak ndeso itu, pemuda 22 tahun tersebut mendirikan taman baca masyarakat Dalem Pasinaon di rumahnya, Dusun Juron, Desa Tunggur, Kecamatan Slogohimo, pada 2019 lalu. Restu yang menjadi Perangkat Desa Tunggur sejak 2021 itu menilai pembangunan sumber daya manusia (SDM) desa harus dimulai sejak dini.

Maka dia berupaya untuk mengajak anak-anak desanya belajar dan bermain apa saja di Dalem Pasinaon. Di sana, anak-anak yang semula terdiri atas anak-anak Dusun Juron, belajar membaca bercerita, sekaligus bermain. 

Klise, tetapi pemuda Slogohimo, Wonogiri, itu percaya betul membaca memang benar menjadi jendela dunia. Membaca menjadi titik tolak seseorang untuk melihat dunia dari sini apa dan mana pun. Melalui membaca, dia berharap anak-anak bisa lebih bijak dan menjadi manusia ruang, yaitu manusia yang bisa melihat suatu masalah dari sisi mana saja. 

“Sekarang ada sekitar 1.500 koleksi buku di Dalem Pasinaon. Semua bisa dibaca bebas untuk siapa saja,” kata Restu saat berbincang dengan Solopos.com di kawasan Kota Wonogiri, Selasa (31/1/2023).

Di Dalem Pasinaoan, anak-anak tidak sekadar diajak membaca, tetapi juga peningkatan keterampilan bahasa dan seni. Salah satu alasan Restu mendirikan Dalem Pasinaon adalah karena banyak anak-anak sekarang sudah minim unggah-ungguh.

Mereka seperti tercerabut dari akar budayanya. Misalnya tidak lagi mengenal bahasa krama. Di sisi lain, hari-hari anak banyak melekat dengan gawai. Oleh karena itu, dia membuka beberapa kelas pengajaran di antaranya kelas bahasa Jawa secara gratis setiap Rabu sore dan kelas menari setiap Kamis-Jumat sore.

pemuda slogohimo wonogiri
Perangkat Desa Tunggur, Slogohimo, Wonogiri, sekaligus pegiat literasi, Dhiya Restu Putra, di kawasan Wonogiri Kota, Selasa (31/1/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Dalam menjalankan misi ini, Kepala Urusan Kesejahateraan Masyarakat Desa Tunggur itu dibantu teman-temannya yang juga sevisi dan mempunyai semangat yang sama membangun SDM desa.

Menjaga Api Semangat

“Perpustakaan tidak melulu tentang membaca. Itu yang ingin kami ubah. Kami tidak ingin perpustakaan itu membosankan. Maka ada berbagai kegiatan yang kami jalankan. Termasuk di antaranya ada aneka permainan seperti dakon,” ujar pemuda asal Slogohimo, Wonogiri.

Menjalankan Dalem Pasinaon secara swadaya, Restu tetap berkomitmen agar tempat ini menjadi rumah belajar kedua setelah sekolah formal. Dia tidak memungkiri membangun manusia tidak bisa secara instan, melainkan butuh perjalanan panjang.

Tetapi, menurut dia, selama empat tahun ini, sudah mulai tampak perubahan pada anak-anak TK-SD yang belajar di Dalem Pasinaon. “Minimal mereka sudah senang membaca buku. Itu bisa terlihat ketika mereka datang ke Dalem Pasinaon, anak-anak itu dengan mandiri langsung pergi ke rak buku dan membaca. Tanpa disuruh. Itu buat saya menyenangkan,” ucap Restu.

Restu menyebut apa yang dia kerjakan itu sangat disambut baik warga. Apalagi para orang tua. Bahkan ketika Dalem Pasinaon mengadakan kelas parenting atau pola asuh anak, banyak orang tua dengan sukarela datang dan mengikuti sampai acara selesai. 

Screen time atau lama waktu memandang layar gawai anak-anak mereka juga berkurang sejak ada Dalem Pasinaon. Anak-anak memiliki wadah bermain sekaligus belajar di sana. 

Restu mengaku tidak pernah puas dengan Dalem Pasinaon sekarang, dia masih terus belajar. Pemuda Slogohimo, Wonogiri, yang telah menerbitkan satu buku novel ini bahkan masih kerap belajar ke berbagai komunitas atau desa yang memiliki visi yang sama dengan dia.

Terakhir, belum lama ini Restu belajar di Kampung Lali Gadget di Sidoharjo, Jawa Timur. “Itu juga jadi cara saya agar tetap menjaga api semangat. Sekaligus jadi healing saya. Saya senang kalau bertemu dengan teman, orang-orang yang memiliki mimpi yang sama,” kata penulis novel Surya. 

Meski sibuk di Dalem Pasinaon, dia tidak lupa kewajibannya sebagai perangkat desa. Sehari-hari, dia tetap berkantor di desa dan mengurusi berbagai berkas administrasi sembari terjun ke lapangan menemui warga-warga desa. Mendengar dan berupaya membantu masalah sosial. 

“Kalau saja setiap desa ada taman baca masyarakat, dan ada yang mau cawe-cawe. Saya yakin peningkatan kualitas manusia di desa di Wonogiri bukan hal yang mustahil. Anak-anak kalau diajak itu sebenarnya mau,” jelas Restu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya