Soloraya
Rabu, 23 Mei 2018 - 08:00 WIB

Kisah Pengemudi Gojek Solo Mencari Pahala saat Ramadan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SOLO</strong> — Tri Sutadi sudah hampir dua tahun ini meninggalkan pekerjaannya sebagai karyawan salah satu perusahaan kontraktor di Kota Bengawan. Dia mantap beralih pekerjaan menjadi pengemudi ojek <a title="Aplikasi Taksi Online Blue Bird Rambah Solo" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180521/489/917569/aplikasi-taksi-online-blue-bird-rambah-solo">online &nbsp;</a>di bawah naungan Gojek.</p><p>&ldquo;Kalau jadi Gojek itu lebih enak, kerjanya bebas,&rdquo; kata Tri saat berbincang dengan<em> Solopos.com</em> di sekitar kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Senin (21/5/2018).</p><p>Sudah lima hari sejak awal Ramadan Tri mengganti seragam kerjanya. Dia tak lagi mengenakan jaket hijau hitam. Hingga sehari menjelang Idul Fitri mendatang dia mengganti jaketnya dengan warna hijau cerah. Aksen putih menyerupai batik menghiasi beberapa bagian jaket itu.</p><p>Di punggung, selain ada tulisan Gojek, sebaris tanda tagar #CariPahala disulam dengan ukuran huruf yang lebih kecil. Tri mengatakan hanya ada 20 pengemudi Gojek termasuk dirinya yang memakai jaket serupa.</p><p>Tidak sampai di situ, dalam sebulan ini nama Tri dalam aplikasi <a title="Grab Layani Order Makanan, Pengemudi Gojek Solo Khawatir" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180405/489/908217/grab-layani-order-makanan-pengemudi-gojek-solo-khawatir">Gojek </a>&nbsp;juga berubah menjadi Pahala. &ldquo;Ini akun saya,&rdquo; ucap Tri seraya menunjukkan akunnya lewat ponsel pintarnya.</p><p>Tri mengatakan tagar #CariPahala diluncurkan PT Gojek Indonesia untuk menyambut Ramadan 2018. Katanya, setiap penumpang yang menggunakan jasanya akan mendapatkan bonus voucher Rp80.000.</p><p>&ldquo;Itulah sebabnya saya memilih menongkrong di area kampus, agar nanti yang ter-keep itu akun-akun mahasiswa,&rdquo; ujarnya.</p><p>Dia mengakui selama ini konsumennya sebagian besar mahasiswa. Namun, Tri kerap kali ditolak dari petugas keamanan kampus. &ldquo;Katanya ojol [ojek online] enggak boleh ngetem di dalam area kampus,&rdquo; ucapnya.</p><p>Biasanya, Tri berangkat dari rumahnya di kawasan Mojosongo, <a title="TRANSPORTASI SOLO: Ada Tambahan Kuota Taksi Pelat Kuning, Pengemudi Taksi Online Tak Peduli" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180331/489/907179/transportasi-solo-ada-tambahan-kuota-taksi-pelat-kuning-pengemudi-taksi-online-tak-peduli">Solo</a>, pagi hari. Dalam sehari dia bisa menerima order 15 hingga 17 penumpang.</p><p>&ldquo;Coba bayangkan saja kalau satu orang dapat Rp80.000 ada berapa banyak <em>voucher</em> yang sudah dikeluarkan Gojek,&rdquo; katanya.</p><p>Tri bercerita dirinya sangat senang bisa terlibat langsung dalam gerakan #CariPahala ini. Ke-20 orang itu diseleksi dengan cukup ketat oleh PT Gojek Indonesia. Penilaiannya berdasarkan rating pada aplikasi masing-masing.</p><p>&ldquo;Mungkin karena sering tutup poin, juga jarang menolak penumpang,&rdquo; ungkapnya.</p><p>Tri juga mengatakan dirinya cukup rajin bekerja. &ldquo;Setiap hari selalu narik.&rdquo;</p><p>Lewat Gojek, Tri mampu menghidupi istri dan ketiga buah hatinya. Dia mengaku bisa meraup penghasilan Rp3,5 hingga Rp4 juta setiap bulan.</p><p>&nbsp;</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif