SOLOPOS.COM - Benteng Vastenburg di Kota Solo. (Instagram/@judithhukom)

Solopos.com, SOLO—Sebelum menjadi Benteng Vastenburg, lokasi itu merupakan tempat bertemunya Paku Buwono (PB) II dengan Ki Gede Sala. Pertemuan itu untuk menegoisasikan kompensasi penggunaan wilayah Desa Sala sebagai Keraton Kasunanan Solo.

Pertemuan antara dua tokoh besar pada zamannya tersebut terjadi di lokasi yang sekarang terdapat pohon beringin besar di tengah Benteng Vastenburg. Pohon beringin sengaja ditanam sebagai penanda atas kejadian penting yang pernah terjadi.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ketua Solo Societeit, komunias pegiat sejarah, Dani Saptoni, Kamis (27/7/2023), mengatakan orang zaman dulu menanam pohon di tempat yang pernah terjadi momen penting. Hal itu juga berlaku di tempat pertemuan antara PB III dengan Ki Gede Sala.

“Zaman dulu, bila ada momen penting, tempatnya ditanduri beringin. Dan karena beringin yang ditanam itu berhubungan dengan PB II, akhirnya disakralkan. Dalam perjalanannya muncul cerita-cerita pendukung tentang pohon itu,” ungkap dia.

Singkat cerita, setelah terjadi kesepakatan antara mereka, Keraton Kasunanan Solo dibangun, tepatnya pada 1744. Tak lama kemudian, pemerintah kolonial Belanda, melalui Gubernur Baron Van Imhoff membangun Benteng Vastenburg pada 1745.

“Beteng dibangun selisih beberapa waktu saja dari selesainya pembangunan Keraton Solo. Fungsinya sebagai legitimasi pemerintah kolonial Belanda dalam pengawasan terhadap roda pemerintahan di Jawa, yang kala itu diwakili Kasunanan,” kata dia.

Karena fungsinya, Dani menjelaskan, Benteng Vastenburg sangat penting bagi pemerintah kolonial Belanda. Terlebih lokasinya berdekatan dengan Keraton Solo. Banyak pejabat Keraton saat ke Kantor Residen, diberi penghormatan dentuman meriam.

“Dulu pejabat tinggi Keraton, Patih dan Raja ketika akan keluar Keraotn, menuju ke kantor Residen yang sekarang Kompleks Balai Kota Solo, pasti melewati Benteng, biasanya diberi penghormatan berupa dentuman meriam berapa kali.,” sambung dia.

Ketika Patih akan menghadap Raja terlebih dulu memberitahu Residen dan diteruskan ke pengelola Benteng Vastenburg, baru ke Keraton. Hubungan antara Keraton Solo dengan Residen Belanda dan pengelola Benteng Vastenburg, saling mewaspadai.

“Bahkan untuk meng-counter keberadaan Benteng, Keraton membangun Panggung Songgobuwono, untuk melihat aktivitas di dalam Benteng. Keberadaan Benteng ini sangat lekat dengan Raja-raja Kasunanan sampai era Paku Buwono XI,” terang dia.

Dani mengatakan banyak cerita yang berkembang di tengah masyarakat terkait Benteng Vastenburg. Salah satunya adanya penjara bawah tanah di kawasan itu. Cerita itu tidak terbukti sampai sekarang. Sebab bagian bawah benteng adalah basement.

“Banyak juga cerita yang menerangkan di dalam Benteng ada penjara bawah tanah. Itu secara struktur bangunan sebenarnya bukan penjara bawah tanah, tapi basement untuk menyimpan senjata militer. Senjata ya, bukan amunisi,” urai dia.

Dalam perjalananya, ketinggian muka tanah naik, sehingga bagian basement Benteng Vastenburg sudah tertutup. Namun Dani memperkirakan basement dimaksud terletak di sisi timur sebelah utara, dekat semacam pintu gerbang tertutup.

“Terbenam basement-nya. Itu letaknya di sebelah timur-utara, dekat semacam gerbang kalau dilihat dari luar. Dulu di pojok-pojok Benteng dipasangi meriam. Saat pembangunan jalan di depan Telkom pernah ditemukan meriam di dalam tanah,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya