SOLOPOS.COM - Slamet Wiyono, 60, sedang berjualan kerajinan dari akar wangi di kawasan wisata Keraton Solo, Minggu (1/1/2023). (Solopos/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO — Di tengah keramaian wisatawan yang memadati kompleks Keraton Solo , Minggu (1/1/2023), Slamet Wiyono, 60, duduk di pinggir jalan sembari menjaga dagangannya yang berupa kerajinan dari akar wangi.

Pria asal Wonosari, Gunung Kidul, DIY, itu jauh-jauh menginap lima sampai tujuh hari di Solo untuk berjualan cenderamata tersebut. Dia membawa dagangannya berupa aneka kerajinan dari bambu dan akar wangi. 

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Akar yang juga disebut larasetu itu dia buat mainan berbentuk hewan seperti gajah, dinosaurus, kuda, jerapah, panda, dan kura-kura. Selain itu Slamet juga menjual miniatur kendaraan yang terbuat dari bahan kayu dan mainan dari bambu seperti seruling dan gasing. 

“Kalau miniatur [kendaraan] saya kulakan. Tapi kalau mainan dari bambu itu saya barter sama perajinnya, jadi tukar dengan akar wangi,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com di tempatnya berjualan di Keraton Solo, Minggu (1/1/2023).

Akar wangi yang dia gunakan sebagai bahan utama kerajinan untuk dijual di Solo itu dia tanam sendiri. “Tapi sebagian besar ya beli karena di tempat saya ada pengepul, jadi ambil dari sana,” katanya.

Namun selama pandemi Covid-19, akar wangi sempat langka karena banyak petani yang ragu apakah akan laku dijual atau tidak. “Kalau saya alhamdulillah tetap menanam karena saya menganggap menanam akar wangi itu ora nyugihi neng nguripi [tidak membuat kaya, tapi cukup untuk hidup],” katanya.

Menanam akar wangi sampai bisa dipanen, kata Slamet, membutuhkan waktu paling cepat enam bulan. Sedangkan akar wangi miliknya sudah berusia satu sampai dua tahun. 

Akar wangi yang dia tanam sebenarnya tidak banyak, hanya sekitar 50 batang. “Batangnya kan cuma seperti [tanaman] serai, jadi menggerombol gitu,” ujarnya.

Slamet datang ke Solo tidak sendiri melainkan bersama penjual lain. Salah satunya Kamto, yang juga berasal dari Wonosari, Gunung Kidul, DIY. Mereka berdua tetangga satu RT. Namun, Kamto tidak berjualan kerajinan akar wangi di kawasan Keraton Solo melainkan Pasar Gede Solo.

Pendapatan Bakul Kerajinan Akar Wangi

Ditemui Solopos.com, Minggu (25/12/2022), Kamto mengatakan sudah menjadi perajin dan berjualan mainan akar wangi sejak masih lajang sekitar tahun 1990-an. Selama sehari Kamto biasanya bisa meraup laba bersih sekitar Rp100.000 sampai Rp200.00.

Seperti pedagang lain, momentum liburan kemarin membuat dagangannya cepat laku. Ia mengaku bisa untung sampai Rp500.000 dalam sehari. “Kemarin [ketika libur natal] malah dapat Rp500.000, tapi itu kotor, kalau bersih ya paling dapat Rp 400.000. Karena yang Rp100.000 buat jajan dan beli rokok,” kata Kamto.

Soal harga, Kamto menjual kerajinan akar wangi itu mulai Rp10.000 hingga Rp15.000 per biji tergantung ukurannya. Meski cukup murah, Kamto mengaku dagangannya masih sering ditawar pembeli.

“Masih sering ditawar, misal harganya Rp15.000 ditawar jadi Rp10.000, akhirnya saya minta Rp12.000. Tapi juga ada yang tidak menawar, biasanya dari keluarga yang mampu,” kata Kamto.

Tidak hanya berjualan mainan dari akar larasetu, Kamto juga menjual mainan yang terbuat dari bambu seperti suling dan gasing. Meski anak-anak sekarang sudah banyak yang bermain telepon pintar, Kamto mengaku mainan buatannya itu masih banyak yang meminati.

“Masih ada yang meminati, seperti anak-anak, kadang juga orang tua yang pengin membelikan buat anak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya