Soloraya
Selasa, 7 Agustus 2018 - 16:35 WIB

Kisah Perjalanan Kerabat Sultan Agung Jadi Asale Desa Cangkol

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SUKOHARJO</strong> — Asal usul Desa Cangkol yang terletak di wilayah Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, tak lepas dari sejarah Kerajaan Mataram yang kala itu dipimpin Sultan Agung Hanyakrakusuma.&nbsp;</p><p>Suatu waktu, sejumlah kerabat keraton mencari tanah untuk <a title="Asale Desa Potronayan Boyolali dan Kisah Pembuangan Benda Keramat" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180709/492/926930/asale-desa-potronayan-boyolali-dan-kisah-pembuangan-benda-keramat">tempat tinggal</a>. Konon, asale nama Desa Cangkol berasal dari bahasa Jawa yakni kecantol yang bermakna terpikat.</p><p>Cerita rakyat asal usul atau asale Desa Cangkol berkaitan erat dengan seorang kerabat keluarga Sultan Agung Hanyokrokusumo yang bernama Raden Suryo Kusumo.</p><p>Dikisahkan, wilayah Desa Cangkol&nbsp;masih berupa hutan dan hamparan tanah yang ditumbuhi semak belukar. Belum ada masyarakat yang mendirikan rumah di Cangkol lantaran wilayah itu hanya ditumbuhi pohon-pohon tinggi dan besar.</p><p>&ldquo;Rombongan Raden Suryo Kusumo berjalan kaki selama berhari-hari melewati hutan dan perbukitan. Raden Suryo Kusumo didampingi adiknya bernama Raden&nbsp;Adi Panangsang,&rdquo; kata sesepuh Desa Cangkol, Sriyono, <a title="Penasaran Asale Desa Sendang Ijo Selogiri? Simak Ulasannya" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180805/495/932124/penasaran-asale-desa-sendang-ijo-selogiri-simak-ulasannya">saat berbincang</a> dengan&nbsp;<em>solopos.com</em>, Kamis (15/3/2018).</p><p>Mereka kemudian berjalan kaki ratusan kilometer menuju arah timur. Sesekali mereka beristirahat untuk melepas lelah dan menyantap bekal makanan dan minuman.</p><p>Lantaran berjalan kaki tanpa henti selama berhari-hari, anggota rombongan didera kelelahan fisik. Beberapa anggota rombongan jatuh sakit karena tenaganya terkuras untuk menempuh perjalanan jauh.</p><p>Rombongan itu akhirnya beristirahat di tanah lapang yang dikelilingi pohon rindang.</p><p>&ldquo;Rombongan Raden Suryo Kusumo akhirnya membuat rumah di sekitar tanah lapang yang subur. Mereka membuat rumah dan menetap di kawasan itu lantaran terpikat dengan kondisi tanahnya,&rdquo; ujar Sriyono melanjutkan.</p><p>Lambat laun jumlah masyarakat yang membangun rumah di lokasi itu<a title="Asale Desa Plosowangi Klaten dan Pohon Palasa yang Tak Bersisa" href="http://news.solopos.com/read/20180517/493/916765/asale-desa-plosowangi-klaten-dan-pohon-palasa-yang-tak-bersisa-"> bertambah banyak</a>. Mereka membuka lahan pertanian dan berkebun untuk menyambung hidup.</p><p>Selain kondisi tanah yang subur, mereka terpikat memilih menetap di lokasi itu lantaran keindahan panorama alam.</p><p>Sementara itu, seorang warga setempat, Khairul, menyampaikan jumlah warga yang menetap di lokasi itu ratusan orang. Lantaran jumlahnya cukup banyak mereka berinisiatif memilih pemimpin.</p><p>Raden Suryo Kusumo akhirnya terpilih menjadi pimpinan di lokasi yang kini menjadi Desa Cangkol. Masyarakat hidup rukun dan saling menghargai sehingga tak pernah muncul konflik atau pertentangan antarwarga.&nbsp; &nbsp;</p><p>&nbsp;</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif