SOLOPOS.COM - Juwandi, 51, petani dari Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Klaten, yang sukses mengolah tembakau asepan hingga diekspor ke Uni Eropa. (Youtube Espos Indonesia)

Solopos.com, KLATEN — Kisah inspiratif datang dari petani tembakau asal Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng), bernama Juwandi. Pria berusia 51 tahun ini sukses mengolah tanaman tembakau yang mampu diminati pasar luar negeri, bahkan tembus ke pasar Uni Eropa dan Amerika.

Dilansir dari kanal Youtube Espos Indonesia, Juwandi memiliki sekitar 10 hektare lahan yang ditanami tembakau jenis asepan varietas Gompol Jatim. Juwandi mengaku menjadi petani tembakau memang merupakan keahlian yang diwariskan turun temurun dari sang ayah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Semasa ayahnya masih hidup, ia pun kerap membantu mengolah tembakau mulai dari menanam, merawat, hingga mengolah menjadi tembakau yang siap konsumsi. Ayahnya pulalah yang kerap mengoreksi kesalahan dirinya dalam mengolah tembakau.

“Jadi kekurangan ini, kekurangan itu, ayah saya itu sebagai profesornya [selalu mengoreksi],” ujar Juwandi.

Oleh karena itu, ia bisa menggali lebih dalam tentang kesalahan apa saja saat mengolah tembakau kemudian ia bisa mencari solusinya. Orang tuanya berbasis mengolah tembakau asepan, sama seperti dirinya.

la juga menyebutkan jika mengolah tembakau asepan merupakan faktor genetik yang diwariskan dari sang ayah. Cara pengolahan pun, masih dilakukannya secara tradisional seperti cara menanam, cara memasak, penyajian barang masih belum mengikuti pekembangan zaman. Contohnya untuk cara pengepaan, dulunya tidak memakai alat press tetapi digulung. Tetapi sekarang menjadi lebih singkat dan praktis.

Sedihnya di tahun 1978, di mana usaha ayahnya mengalami kebangkrutan. Hal itu terjadi karena oven yang digunakan terbakar akibat belum mengenal teknologi tentang pengaturan temperatur. Jika dikira-kira, kerugiannya mencapai Rp100 juta. Tetapi untungnya ayahnya memiliki sawah dan kebun hasil dari tembakau yang bisa diturunkan ke anak cucu. Jadi, bisa sedikit meringankan beban keluarga mereka.

“Jadi, mati urip ambekan karo mbako [Jadi, hidup, mati, dan bernafas dengan tembakau],” kelakarnya.

Setelah lulus SMA pada tahun 1986, Juwandi pun mulai memberanikan diri kembali memulai usaha pengolahan tembakau asepan. Hingga di tahun 1994, ia bisa berdikari dengan menanam tembakau di tanah seluas setengah hektare dan hanya menggunakan dua alat pemanggang.

Sedikit demi sedikit, usahanya itu pun membuahkan hasil. Kini, ia pun mampu meraup keuntungan banyak terlebih setelah memiliki pangsa pasar hingga ke Uni Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya