SOLOPOS.COM - Muhammad Wiji Supriyono, 36, petani muda asal Desa Bengking, Kecamatan Jatinom, Klaten, menunjukkan salah satu sarang budi daya klanceng yang dia pasang di perkarangan yang ditanami dengan sistem tumpang sari beberapa waktu lalu. (Solopos.com/ Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENPetani muda asal Desa Bengking, Kecamatan Jatinom, Klaten, Muhammad Wiji Supriyono, 36, meraup omzet hingga ratusan juta rupiah setelah melakukan sistem tumpang sari.

Memanfaatkan ladang tak produktif seluas 2.000 meter persegi, dalam tiga tahun terakhir dia bertanam klengkeng, cabai, serta sayuran. Muhammad Wiji Supriyono juga melakukan budi daya klanceng di lahan tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Supri mengatakan klanceng tak hanya membantu penyerbukan tanaman. Keberadaan lebah tersebut bisa menghasilkan cuan.

Baca Juga: Bisnis Tanaman Hias Afip Klaten, dulu di Ruang Tamu Kini Green House

Supri menebar sekitar 50 setup atau wadah untuk rumah lebah klanceng di perkarangannya. Ketika kondisi tanaman berbunga, satu setup bisa dipanen 200 mililiter (ml) dalam rentang waktu tiga bulan.

“Dengan luasan lahan 2.000 meter persegi dan tanaman 80 pohon klengkeng, bisa dipasang setup klanceng 40-60 setup. Ambil saja satu setup menghasilkan 150 ml dengan panen per tiga bulan. Satu tahun untuk satu setup bisa panen sampai tiga kali artinya bisa sampai Rp300.000. Kalau ada 50 setup artinya bisa menghasilkan Rp15 juta. Jadi peluang bisnisnya besar,” jelas Muhammad Wiji Supriyono saat berbincang dengan Solopos.com belum lama ini.

Sistem tumpang sari dia lakukan sambel menunggu 80 pohon klengkeng panen dalam dua hingga tiga tahun. Supri, panggilannya, memanfaatkan sela-sela lahan klengkeng untuk bertanam cabai serta sayuran.

Baca Juga: Lewat Tumpang Sari, Petani Muda Asal Klaten Raup Omzet Ratusan Juta

“Jadi saya terapkan sistem pertanian tumpang sari dengan tujuan menunggu pohon klengkeng dari kecil menjadi besar, kami manfaatkan untuk tanaman cabai dan sayuran di bawah tanaman cabai. Kemudian dikombinasikan dengan lebah dari jenis trigona, lebah klanceng,” kata Supri.

Supri mengatakan dengan sistem tumpang sari serta kombinasi budi daya klanceng, dia mendapatkan untung lebih. “Setidaknya biaya perawatan tanaman bisa gratis karena ditopang dari hasil palawija di bawah tanaman klengkeng,” kata dia.

Dari hasil tanam cabai dan dan sayuran, Supri mengaku mendapatkan omzet Rp120 juta dengan tiga kali tanam dalam setahun. “Untuk jumlah tanaman cabai itu saat awal ada 3.000 tanaman. Karena klengkeng sudah lumayan dewasa, sekarang menjadi 2.500 tanaman,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya