Soloraya
Rabu, 27 April 2022 - 18:51 WIB

Kisah Ribuan Tapol Lebarkan Tanggul Rawa Jombor, Berontak Bisa Ditembak

Taufiq Sidik Prakoso  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana kawasan sisi barat Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, yang dimanfaatkan warga untuk membuka usaha jasa perahu wisata, speed boat, serta skuter listrik, Minggu (23/1/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENRawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat terus mengalami perkembangan dari masa ke masa, yakni sejak kolonial Belanda hingga sekarang. Pada era Orde Baru, pembangunan waduk itu pernah melibatkan tahanan politik (Tapol).

Hal itu terjadi pada era 1967-1968 atau pascaperisiwa G30S. Ribuan Tapol yang dikerahkan bekerja memperbaiki Rawa Jombor di bawah pengawasan ketat aparat keamanan. Saat malam, mereka beristirahat di rumah-rumah kosong sekitar waduk.

Advertisement

Salah satu warga Desa Krakitan, Sujino, 70, mengatakan kala itu dia masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Dalam ingatannya, suasana saat Tapol bekerja dari pagi hingga sore sangat riuh.

“Waktu itu saya masih SD. Suasananya sangat meriah. Tapol yang gotong royong banyak. Ada yang memasak, ada yang bekerja,” kata Sujino saat ditemui Solopos.com di kawasan Rawa Jombor, Rabu (27/4/2022).

Advertisement

“Waktu itu saya masih SD. Suasananya sangat meriah. Tapol yang gotong royong banyak. Ada yang memasak, ada yang bekerja,” kata Sujino saat ditemui Solopos.com di kawasan Rawa Jombor, Rabu (27/4/2022).

Sujino Mengisahkan para Tapol bekerja di bawah pengawasan aparat keamanan. Jika ada yang berani memberontak, bisa-bisa Tapol ditembak.

Baca Juga: Gumuk Mbah Bonggolo, Jejak Perkampungan di Rawa Jombor Klaten

Advertisement

Manual

Pelebaran tanggul dilakukan secara manual lantaran waktu itu belum ada alat berat. Mereka mengambil material tanah di tengah rawa yang kering kemudian digunakan menguruk tanggul. Sujino tak hafal betul berapa lama tanggul itu dibikin.

“Kalau satu tahun sepertinya lebih. Tetapi setelah itu, para Tapol dibawa kemana saya juga tidak tahu. Setelah itu gotong royong dilakukan dengan menggerakkan dari kecamatan dan lainnya,” urai Sujino.

Baca Juga: Cerita Eceng Gondok di Rawa Jombor Sering Bikin Bingung Banyak Orang

Advertisement

Warga Krakitan lainnya, Darminto, juga menjelaskan sebelumnya tanggul Rawa Jombor belum selebar saat ini. Hingga ada perbaikan rawa dengan memanfaatkan para Tapol pada 1967-1968.

Becek

“Dulu kondisi tanggul kecil. Saat musim hujan tidak bisa dilewati karena becek. Kemudian dilakukan gotong royong untuk memperlebar tanggul,” kata Darminto.

Kisah tentang pemanfaatan Tapol untuk memperlebar tanggul Rawa Jombor itu juga tertulis pada desawisatakrakitan.blogspot.com. Setelah penjajahan Jepang berakhir, Rawa Jombor tetap dimanfaatkan sebagai waduk untuk menampung air irigasi.

Advertisement

Baca Juga: Rawa Jombor Klaten Bermula dari Perkampungan yang Sering Tergenang Air

Bahkan pada 1956, Pemkab Klaten menetapkan Rawa Jombor sebagai tujuan wisata dengan membangun tempat peristirahatan bagi pengunjung.

Pada 1967-1968, setelah ada pemerintahan Orde Baru, Pemkab Klaten memanfaatkan para Tapol melakukan perbaikan Rawa Jombor.

Perbaikan tersebut dilakukan dengan memperlebar tanggul yang awalnya hanya 5 meter menjadi 12 meter. Pekerjaan tersebut selesai dalam tujuh bulan dengan menyerap tenaga kerja tapol sebanyak 1.700 orang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif