SOLOPOS.COM - Tiga sales promotion girls (SPG) yang tergabung dalam Metro Girls menghabiskan waktu dengan bercengkerama di sebuah kafe di Laweyan, Solo, Jumat (9/5/2014) malam. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Sales promotion girl (SPG) adalah pekerjaan yang sering dipandang miring oleh sebagian besar masyarakat. SPG jamak dicitrakan glamor, dan konsumtif, bahkan juga ditempeli stigma sebagian mereka memperdagangkan kemolekan tubuh serta kenikmatan ragawi bagi lelaki hidung belang.

Benarkah demikian? Sejumlah SPG yang diwawancarai Solopos.com tak menampik “godaan” semacam itu. Tiara seorang SPG freelance memaparkan ancaman pelecehan seksual yang selalu menghantui para SPG dari para pembeli produk yang mereka jual.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pelecehan itu berupa sekadar menggoda, iseng, tangan jahil, hingga tawaran untuk berkencan. “Kadang ada customer yang menantang siap menutup target penjualan kami hingga dua kali lipat dengan syarat kami mau diajak berkencan di hotel. Ini godaan yang sangat berat,” aku Tiara.

Nyatanya Tiara tetap menganggap pekerjaan yang ia geluti itu menyenangkan. Bukan tanpa alasan Tiara mengemukakan hal itu. Ia telah menggeluti sejumlah pekerjaan lain sebelumnya sehingga ia bisa membanding-bandingkan dan berkesimpulan dirinya nyaman menjadi SPG.

Setelah lulus SMA pada 2007, berbekal penampilan dan kemampuan seadanya, perempuan asal Pajang, Laweyan, Solo, Jawa Tengah itu bekerja sebagai waiters di sebuah pub ternama di Solo. Tak lama setelah itu, ia pernah pula mencoba menjadi perempuan tenaga penjualan atau SPG di sebuah pusat perbelanjaan modern di Kota Solo.

Berdasarkan pengalaman itulah, Tiara berkesimpulan bahwa sebagai SPG jaringan pertemanannya luas. Dengan bekal itu pula, Tiara menanggalkan status SPG di pusat perbelanjaan modern dan menempatkan diri lebih independen dan menantang dengan menjadi SPG freelance.

Tiara total menekuni pekerjaannya. Ia pernah menjadi SPG perusahaan otomotif, SPG perusahaan susu formula, SPG perusahaan telekomunikasi, hingga SPG perusahaan rokok yang mengharuskannya berpakaian serba minim.

”Saya kebetulan memang suka tantangan. Jadi, begitu ada peluang job dari perusahaan tak pernah saya sia-siakan,” ujar Tiara saat berbincang dengan Solopos.com di sebuah kafe di kawasan Laweyan, Solo.

Ditipu Agen

Kendati mengaku mencintai pekerjaannya itu, Tiara sempat pula berkisah langkahnya menjadi SPG sempat harus ”dibayar” cukup mahal. Untuk menjadi SPG ia harus melewati masa-masa berat.

Ia mengaku pernah ditipu agen SPG yang menaunginya. “Fee saya bersama delapan teman SPG lainnya enggak dikasihkan. Kami pernah juga sampai melapor ke polisi,” kata dia.

Sumber Solopos.com yang mengetahui seluk-beluk dunia SPG tapi berpesan agar tak disebut identitasnya mengatakan pengalaman Tiara dan beberapa kawannya yang ditipu agen itu sesungguhnya bagian dari modus ”menjual” SPG kepada lelaki hidung belang.

Dalam situasi seperti itu, posisi SPG bisa terpojok, antara kehilangan fee atau terjebak melayani nafsu lelaki hidung belang. “Biasanya, SPG akan diajak bertemu di hotel dengan alasan untuk menerima pembayaran fee. Padahal, di situ sudah disiapkan rencana jahat,” ujar sumber Solopos.com yang minta dirahasiakan namanya itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya