Soloraya
Sabtu, 19 Agustus 2023 - 02:52 WIB

Kisah SMPN 3 Karanganom Klaten: Dulu Membeludak, Kini Hanya Punya 65 Siswa

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi ruang kelas SMPN 3 Karanganom di Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Klaten, Rabu (16/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Penerimaan peserta didik baru (PPDB) beberapa tahun terakhir tak berjalan sesuai harapan bagi SMPN 3 Karanganom, Klaten. Jumlah murid yang mendaftar dan diterima di sekolah itu terus berkurang.

Advertisement

Pada PPDB 2023/2024 ini, SMPN 3 Karanganom bahkan hanya mendapat 13 murid baru. Jumlah itu berkurang dibandingkan PPDB tahun sebelumnya di mana ada 20 murid baru yang diterima. Jumlah total siswa di sekolah tersebut saat ini ada 65 orang.

Perinciannya, 13 siswa kelas VII, 23 siswa kelas VIII, dan 29 siswa kelas IX. Padahal, sekitar dua dekade lalu, jumlah murid sekolah yang terkenal sebagi SMP Blanceran ini membeludak sampai ratusan orang.

Berbagai upaya sudah dilakukan guru serta kepala sekolah setempat untuk menggaet minat lulusan SD melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Karanganom. Sekolah itu tak menerapkan zonasi. Siswa dari mana pun langsung diterima.

Advertisement

Selain itu, guru sekolah setempat juga rela urunan demi menyediakan tiga setel seragam gratis bagi setiap siswa baru. “Saya akui bapak-ibu guru di sini berani tombok,” kata Kepala SMPN 3 Karanganom, Andreas Kristanto, saat ditemui Solopos.com, Rabu (16/8/2023).

Namun, jumlah peserta didik baru tetap minim. Andreas mengakui kondisi itu sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Ia menilai ada beberapa faktor yang memengaruhi minimnya jumlah peserta didik baru SMPN 3 Karanganom, Klaten.

Dari sisi geografis, sekolah itu berada di wilayah perbatasan dengan Kecamatan Ceper. Tak jauh dari SMPN 3 Karanganom, ada sekolah lain seperti SMPN 3 Ceper yang jaraknya sekitar 3 km hingga 4 km.

Sebelum bermunculan sekolah lain di sekitar SMPN 3 Karanganom, jumlah peserta didik baru di sekolah itu cukup banyak. Apalagi pada era 1980-2000. Jumlah total siswa bisa mencapai ratusan. Siswa berasal dari beberapa wilayah perbatasan Karanganom seperti dari Ceper serta Polanharjo.

Advertisement

Hal itu terlihat dari kondisi fisik sekolah yang cukup luas dengan lahan mencapai ribuan meter persegi. Ada belasan ruangan dengan beberapa ruangan untuk mendukung proses pembelajaran seperti ruang laboratorium dan komputer.

Akreditasi Jadi Pertimbangan Masuk Sekolah

Belasan ruangan itu dibangun tentu karena untuk memenuhi kebutuhan siswa saat itu yang jumlahnya banyak. Selain faktor geografis serta jumlah sekolah, faktor lain yang menurut Andreas sangat memengaruhi minat lulusan SD mendaftar ke SMPN 3 Karanganom, Klaten, yakni akreditasi.

Saat ini, SMPN 3 Karanganom masih terakreditasi B. Sementara sekolah lain yang berdekatan sudah terakreditasi A. Akreditasi sekolah ini penting karena menjadi salah satu komponen penghitungan nilai akhir (NA) calon siswa pada PPDB SMA negeri jalur prestasi.

SMPN 3 Karanganom di Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Klaten, Rabu (16/8/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Status akreditasi sekolah dikonversi menjadi bilangan pengali nilai rapor calon siswa saat di SMP. Dari penelusuran Solopos.com di sejumlah website SMA negeri di Jateng, salah satunya https://smantawangsari.sch.id/, nilai konversi akreditasi tersebut yakni 1,0 untuk akreditasi A.

Advertisement

Kemudian 0,9 untuk sekolah terakreditasi B, lalu 0,8 untuk sekolah terakreditasi C, dan 0,7 untuk sekolah tidak terakreditasi. Penghitungan nilai akhirnya diperoleh dari hasil pengalian nilai rapor semester I-V dengan nilai konversi akreditasi sekolah kemudian ditambah bobot nilai kejuaraan.

Nilai konversi akreditasi itu, bagi sekolah dengan akreditasi B hingga tidak terakreditasi, tentu menjadi pengurang nilai rapor dan sebagai akibatnya daya saing calon siswa lulusan sekolah tersebut jadi berkurang untuk masuk sekolah yang dituju.

Karena itulah, calon siswa cenderung akan memilih SMP dengan akreditasi A agar ketika mendaftar ke SMA negeri melalui jalur prestasi, nilai rapornya tidak akan berkurang karena dikalikan 1,0.

Dengan kondisi itu, saat ini Andreas dan belasan guru SMPN 3 Karanganom, Klaten, tengah berusaha untuk mencapai akreditasi A. Ketika akreditasi bisa sejajar dengan sekolah lainnya, Andreas yakin secara otomatis akan mendongkrak jumlah peserta didik.

Advertisement

“Kami kompak bersama guru dan karyawan akhirnya visitasi akreditasi di sini bisa dikabulkan tahun ini. Kami optimistis akreditasi bisa naik tahun ini menjadi A,” kata dia.

Guru Tetap Semangat

Andreas mengakui dengan jumlah siswa yang minim berpengaruh pada dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang sedikit. “Kami tetap optimistis dengan segala keterbatasan bisa bangkit. Dari pemerintah juga ikut cawe-cawe terhadap sekolah ini termasuk tahun ini akan melakukan rehab dua ruang kelas,” kata dia.

Di sisi lain, jumlah siswa yang minim tak membuat guru di sekolah itu nglokro. Andreas menjelaskan upaya untuk mendukung pendidikan karakter di sekolahnya terus dilakukan.

Beberapa waktu lalu, SMPN 3 Karanganom, Klaten, menggandeng Grup 2 Kopassus untuk menggelar kegiatan pendidikan karakter dan pembinaan mental kepada siswa selama tiga hari. Siswa diajari agar memiliki karakter disiplin, sopan, berbudi pekerti, hingga penanaman empat pilar kebangsaan.

Di antara sedikit siswa itu juga ada siswa berprestasi. Siswa itu bernama Raya Lintang yang kini duduk di bangku kelas IX dan berprestasi di cabang olahraga Taekwondo di tingkat Jateng-DIY.

Sementara itu, salah satu warga Desa Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Purwanti, 49, mengenang SMPN 3 Karanganom yang dulu dikenal bernama SMP Blanceran itu pernah memiliki ratusan siswa. Purwanti menjadi salah satu siswa yang dulu menempuh pendidikan selama tiga tahun di gedung sekolah tersebut hingga lulus pada 1988.

Advertisement

Hanya, saat itu statusnya masih siswa SMPN 2 Karanganom, Klaten. “Dulu sebagian murid SMPN 2 Karanganom ditempatkan di sana [gedung SMPN 3 Karanganom]. Siswanya banyak. Sampai pinjam gedung di kantor desa. Saat itu kelas IX saja sampai kelas H [delapan rombel],” kata dia.

Seiring perkembangan, sekolah tersebut menjadi SMPN 3 Karanganom. Purwanti mengingat jumlah siswa di sekolah itu masih ratusan orang setelah dia lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Halaman SMPN 3 Karanganom di Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Klaten, Rabu (16/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com saat PPDB online 2023/2024,  total ada 25 SMP negeri di Klaten yang kekurangan murid baru. Dari 25 sekolah itu, SMPN 3 Karanganom mendapat siswa baru paling sedikit yakni 13 siswa.

Disusul kemudian oleh SMPN 3 Polanharjo yang mendapat 23 murid, SMPN 2 Bayat mendapat 37 murid, SMPN 3 Trucuk mendapat 49 murid, dan SMPN 2 Polanharjo yang mendapat 72 murid.

Didorong Terus Berinovasi

Ketua Dewan Pendidikan Klaten, Budi Sasongko, mengatakan ada beberapa SMP negeri di Klaten yang masih kekurangan siswa atau kuotanya tidak terpenuhi. Bahkan, ada sekolah yang kuota siswa baru untuk satu kelas tak terpenuhi di Klaten, salah satunya SMPN 3 Karanganom.

Budi mengatakan sistem zonasi yang diterapkan pemerintah sebenarnya sudah baik. Tujuannya agar ada pemerataan siswa dan menghilangkan kesan sekolah favorit.

“Artinya semua sekolah favorit. Tetapi kenyataannya orang tua dan anak masih mengidolakan sekolah tertentu. Ini sebenarnya eman-eman dan menjadi keprihatinan kami,” kata dia.

Dewan Pendidikan menyarankan agar sebelum PPDB tahun mendatang, ada sosialisasi langsung ke pemerintah desa serta ke sekolah tingkat SD. Sosialisasi ditujukan untuk memberikan pemahaman ihwal sistem zonasi yang diberlakukan.

Selain itu, Budi mendorong agar ada pemerataan fasilitas sekolah negeri. “Sekolah minimal memiliki fasilitas yang mendekati sama antara satu dengan lainnya sehingga tidak terjadi kesenjangan,” kata dia.

Budi juga menyinggung ihwal persebaran sekolah negeri di Klaten yang belum merata. Sebagai contoh, di wilayah perkotaan ada empat SMP negeri yang lokasinya berdekatan.

Budi mengatakan ada kecenderungan orang tua menyekolahkan anak di sekolah yang bisa menanamkan ilmu pengetahuan sekaligus ilmu agama. Meski harus mengeluarkan biaya lebih, orang tua rela asalkan anak mereka bisa belajar di sekolah yang bisa memberikan penanaman ilmu agama.

Lantaran hal itu, untuk menarik minat calon peserta didik baru, harus ada inovasi yang digulirkan di sekolah negeri. Dia mendorong agar sumber daya manusia (SDM) semakin inovatif seiring perkembangan zaman.

“SDM di sekolah harus inovatif. Misalkan ada kegiatan ekstrakurikuler yang bisa menarik minat siswa sekolah di sana. Selain itu pelajaran P5 dikembangkan semaksimal mungkin, jangan monoton. Harus disesuaikan, mengikuti perkembangan dan situasi,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif