SOLOPOS.COM - Penjual sandal ban bekas, Suyati, 77, saat berada di warungnya, Senin (22/11/2022). Ia telah berjualan sandal ban bekas sejak 1960-an. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Seorang pedagang lanjut usia (lansia), Suyati, 77, duduk termenung ketika Solopos.com menyambangi tokonya, Senin (21/11/2022).

Di usianya yang tak lagi muda, warga Asrikanto, Kiringan, Kecamatan Boyolali, ini masih semangat membuka toko sandal ban di deretan ruko utara Pasar Sunggingan Boyolali.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Saat Solopos.com, berkunjung, di depannya berderet puluhan sandal yang terbuat dari ban bekas, ada pula ember dari ban bekas, dan juga tali-talian yang terbuat dari ban bekas.

Suyati menceritakan penjualannya saat ini sepi, dalam sehari belum tentu ada pembeli. Terkadang dua hari sekali baru terjual satu pasang sandal.  Walaupun begitu, dirinya tetap berjualan untuk meneruskan warisan suaminya, Muh Kasim, yang telah meninggal sekitar 2011-an lalu. “Dalam sehari ada yang membeli saja sudah beruntung,” kata dia.

“Jualan sandal ban ini tahun 1960-an awal. Suami dulu asli Klaten, saya asli Asrikanto. Dulu awalnya suami buat genting, terus sama Mbah saya minta suami saya untuk melanjutkan usaha buat sandal ban,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com.

Baca juga: Minim Peminat, Pedagang Pengguna QRIS di CFS Wonogiri di Bawah 50 Orang

Sandal buatan sang suami dijajakan di tokonya. Namun, setelah suaminya meninggal, ia harus membeli sandal ban dari orang lain untuk dijual kembali. Mengingat, dia tak bisa membuat sandal ban sendiri.

Suyati menceritakan, saat bersama suaminya, ia bisa menjual barang lebih banyak.  Tak hanya menjual sandal ban, sang suami dulu juga melayani sopir andong yang ingin diganti bannya dipasangkan tali.

Suyati berusaha meneruskan usahanya untuk mengisi kesibukan di usia senja. Dirinya mengaku dari kesepuluh anaknya belum ada yang mau meneruskan usahanya karena telah memiliki kesibukan masing-masing.

Barang-barang yang dijual Suyati sebenarnya cukup murah. Tali yang berasal dari ban bekas dibanderol dengan harga Rp3.000 – Rp7.000 per buah. Ember dari ban bekas dihargai Rp60.000 – Rp70.000 per buah. Lalu, untuk sandal ban bekas dijual Rp20.000 – Rp35.000 perpasang.

“Sandal ban ini awet sekali, ada pelanggan bilang baru rusak tali sandalnya baru rusak setelah 17 tahun dipakai,” ujarnya.

Baca juga: Menjadi Senior Bersama Teknologi Digital

Suyati menyebutkan dulu langganannya berasal dari berbagai area seperti Boyolali Kota, Cepogo, Musuk.

Terlebih saat pasar hewan masih berada di timur RS PKU Aisyiyah Boyolali, masih banyak blantik sapi dan kambing yang membeli tali dan sandal di tempatnya.

Kini, ia pasrah dengan berapa pun hasil yang diapat. Suyati berjualan setiap hari setelah ia selesai bersih-bersih rumah sekitar pukul 09.00 WIB dan tutup sekitar pukul 15.00 WIB.

“Hari ini belum ada yang membeli, tapi enggak apa-apa. Niatnya cuma ingin cari kesibukan,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu warga Candigatak, Cepogo, Boyolali, Masyhudi, 56, mengatakan dia masih mengingat betul sering diajak ayahnya mampir di warung sandal ban miliki Suyati dan Mukasim.

Baca juga: Jamkesmas Lansia Panti Jompo Dicabut

Kebetulan sang ayah beberapa kali mengajaknya ke pasar sapi dan angkotnya berhenti di Pasar Sunggingan. Seingatnya, warung Suyati berpindah-pindah tempat tak hanya di deretan selatan pasar tapi juga pernah berada di utara pasar dan sempat ada di ruko pasar.

“Sandal bannya memang awet sih, biasanya saya pakai ke ladang. Tak hanya awet tapi juga murah. Sekarang sudah jarang beli karena jarang pergi ke daerah sana,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya