SOLOPOS.COM - Wagiyem, 67, pedagang sayuran asal Pandak, Sidoharjo, Sragen, melayani pembeli sayurannnya di Pasar Bunder Sragen, Jumat (5/11/2021) dini hari. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Wagiyem, 67, duduk duduk di dingklik kayu. Suasana masih gelap, saat itu jam masih menunjukkan pukul 02.35 WIB. Nenek-nenek itu adalah salah satu pedagang Pasal Bunder, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, yang sedang menunggu pembeli datang.

Berbagai sayuran segar digelar di hadapannya dengan alas plastik kresek. Ada bayam, kangkung, terung, dan sayuran lainnya. Sayuran itu hanya dijual Rp1.000-Rp1.500 per ikat. Sayuran itu bukan hasil kebunnya, tetapi sudah disetori bakul sayuran setiap malam.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Biasanya berangkat dari rumah pukul 22.00 WIB dan tiba di Pasar Bunder sekitar pukul 23.00 WIB. Saya jualan sayuran mulai pukul 23.00 WIB sampai habis sayuran. Biasanya habis pada pukul 06.00 WIB atau pukul 07.00 WIB. Ya, semalaman jualan di pasar,” ujar Wagiyem, Jumat (5/11/2021) dini hari.

Baca Juga: Terjaring Sweeping, 60 Pedagang Pasar Bunder Sragen Jalani Vaksinasi

Wagiyem tinggal di Dukuh Joho, Desa Pandak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Jarak rumahnya hingga ke Pasar Bunder Sragen sekitar 5-6 km. Wagiyem berangkat dari rumah dengan menaiki sepeda angin. Wagiyem setiap hari berjualan sayuran di Pasar Bunder sejak malam hingga pagi.

Bila barang dagangannya habis terjual, ia bisa mengantongi uang Rp80.000-Rp125.000. Hasil penjualan itu masih kotor karena semua barang yang dijual Wagiyem merupakan barang setoran dari bakul.

“Kalau laba bersihnya hanya Rp10.000-Rp20.000 per malam. Pekerjaan ini sudah saya lakoni selama 40 tahun,” ujarnya.

Praktis Wagiyem berjualan selama 7-8 jam dalam semalam hanya mendapatkan Rp20.000.

Baca juga: Demi Cari Sasaran Vaksinasi, Bupati Sragen Blusukan Pasar Dini Hari

Tak jauh dari lokasi dhasaran Wagiyem, ada teman sesama pedagang, yakni Surati, 61, warga Puhireng, Desa Guworejo, Karangmalang, Sragen. Surati berjualan aneka bumbu dapur dan bahan lainnya, termasuk lombok. Surati mulai berjualan mulai pukul 02.00 WIB ditemani suaminya.

“Saya jualan di pelataran Pasar Bunder hanya sampai pukul 07.00 WIB. Setelah itu saya pindah dasaran ke dalam Pasar Bunder. Biasanya jualan di dalam pasar sampai pukul 09.00 WIB lalu pulang. Saya sudah 35 tahun jualan dini hari sampai pagi,” kata Surati.

Dari sekian banyak dagangan yang dijual, harga cabai rawit merah yang harganya naik. Surati mengatakan harga cabai rawit merah itu naik jadi Rp16.000/kg. “Sebelumnya harganya Rp13.000-Rp14.000/kg. Ya, mulai pagi ini naik Rp2.000/kg. Saya tidak tahu kenapa naik. Yang jelas harga kulakan juga naik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya