SOLOPOS.COM - Ilustrasi mayat. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Kisah tragis dialami pria sakit jiwa asal Boyolali yang tewas diduga karena kelaparan.

Solopos.com, BOYOLALI — Pria penderita gangguan jiwa asal Dukuh Karangandong, Desa Metuk, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Suparjo, 50, diduga tewas karena kelaparan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Mayat pria itu ditemukan dengan kaki terpasung tali rantai sepanjang 2 meter pada Selasa (17/1/2017) petang.  Hasil pemeriksaan medis menyebutkan pria itu meninggal dunia tiga hari sebelum ditemukan.

Hal ini disampaikan Kasatreskrim AKP Miftakul Huda, mewakili Kapolres Boyolali, AKBP M. Agung Suyono, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (18/1/2017). “Ya, berdasarkan pemeriksaan tim medis, Suparjo sudah meninggal dunia sejak tiga hari lalu,” kata Huda.

Menurut Huda, Suparjo meninggal dunia diduga karena kelaparan. Sudah berhari-hari tidak ada orang yang mengurusnya.

“Yang pegang kunci ruangan tempat Suparjo dipasung sudah meninggal dunia. Sedangkan anggota keluarga yang biasa memberinya makan juga sedang sakit stroke,” kata Huda.

Mayat Suparjo baru berhasil dikeluarkan dari ruangan tersebut sekitar pukul 19.00 WIB, Selasa. Evakuasi melibatkan tim dari BPBD Boyolali, Polsek Mojosongo, Polres Boyolali, dan PMI Boyolali.

Jenazah Suparjo sempat dibawa ke RSUD Pandanarang namun terkait kematian Suparjo, keluarga tidak menghendaki dilakukan autopsi. “Jenazah langsung kami serahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.”

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Boyolali, Purwanto, menyayangkan nasib yang menimpa Suparjo. “Seharusnya kalau keluarga atau masyarakat tidak sanggup ngopeni [merawat], laporkan ke kami. Biar kami yang urus.”

Selama ini Dinsos tidak pernah menerima laporan mengenai kondisi Suparjo yang dipasung karena mengalami gangguan jiwa. Petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) juga sangat terbatas sehingga tidak mengetahui kondisi tersebut.

“Yang di jalan-jalan saja sering kami ambil, kami antar ke rumah sakit jiwa, ini yang di rumah malah dibiarkan sampai meninggal dunia tidak terurus,” kata Purwanto.

Seperti diberitakan, Suparjo yang diketahui sudah enam tahun mengalami gangguan jiwa ditemukan meninggal dunia dalam kondisi cukup mengenaskan, Selasa sore. Suparjo diasingkan oleh keluarga dan masyarakat setempat di sebuah ruangan berukuran 3 meter x 2 meter dengan kedua kaki dirantai sejak 2011.

Dia terpaksa dikurung dan dirantai karena sering mengamuk hingga membawa senjata tajam. Perilakunya kerap membahayakan keluarga dan tetangganya bahkan beberapa kali mengamuk hingga membunuh hewan ternak.

Keluarganya sudah sering mengupayakan pengobatan bagi Suparjo namun tak berhasil. Kematian Suparjo kali pertama diketahui kerabatnya, Dwi Utomo, yang selama ini tinggal di Trosobo, Sambi.

Saat itu, Dwi berniat menengok, mengantarkan makanan, dan mengganti lampu ruangan pengap tersebut. Dia kaget saat melihat tubuh Suparjo dalam kondisi sudah terbujur kaku dan badan yang nyaris membusuk.

Rantai sepanjang dua meter masih terikat di kedua kakinya. Dia pun memberi tahu anggota keluarga yang lain dan para tetangga serta melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya