SOLOPOS.COM - Ngadinah, 67, menutupi aurat anak gadisnya, Jumini, 42, di amben bambu bilik tempat tinggal Jumini di Dukuh Dondong Barat RT 001, Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Sragen, Minggu (22/1/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kisah tragis ini dialami perempuan asal Sragen yang terpaksa dikurung karena gangguan jiwa.

Solopos.com, SRAGEN — Tumpukan jagung kering menggunung di ruang tamu. Ngadinah, 67, sang pemilik rumah, sibuk memberesi ruang tamu itu saat Ketua RT 001, Bino, 60, dan tokoh masyarakat setempat, Sugiyanto, datang pada Minggu (22/1/2017).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ngadinah tinggal di Dukuh Dondong Barat RT 001, Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Sragen. Gilirejo Baru merupakan desa pemekaran yang dikelilingi perairan Waduk Kedung Ombo (WKO).

Akses menunju desa di ujung barat Bumi Sukowati itu hanya ada satu, yakni melewati wilayah Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali. Dari Pasar Kacangan Boyolali jaraknya mencapai 9 kilometer (km).

Jalannya berkelok-kelok dan rusak berat. Kawasan hutan lindung milik Perum Perhutani dan tebing curam dengan lansekap pemandangan alam memanjakan mata untuk melepas lelah sesaat.

Kedatangan Bino dan Sugiyanto ke rumah berdinding papan itu hanya untuk menanyakan kabar Jumini, 42, yang mengalami gangguan jiwa sejak berumur 15 tahun. Tanpa basa-basi, Ngadinah langsung mengajak tamunya ke bilik tertutup gorden.

Di bilik itu masih ada ruang yang tertutup pintu kayu dan terkunci. Perempuan tua itu segera membuka gembok pintu. Jumini duduk di amben yang terbuat dari bambu.

Kedua kakinya ditekuk dan menempel ke dadanya. Hanya selembar kain yang menempel menutupi tubuhnya. Dari pusar hingga ujung kaki tak tertutup kain sehelai pun. Rambut memanjang tak beraturan hingga punggung. Tubuhnya kurus.

Wis sarapan pa durung, Nduk [Sudah saparan apa belum, Nduk]?” sapa Ngadinah. Jumini terdiam seribu bahasa. Pandangannya mengarah ke Ngadinah.

Jumini tak bisa diajak komunikasi karena suaranya tak jelas. Ngadinah membawa selembar kain warna hijau untuk menutupi auratnya. Saat itu, Jumini justru berdiri dan kedua tangannya meraih kayu di langit-langit ruang sempit itu.

Namun Ngadinah tak berhasil berkomunikasi verbal dengan Jumini. Ruangan yang dihuni Jumini hanya berukuran 2 meter x 3 meter. Ruang tertutup itu sengaja dibuatkan oleh adik bungsunya 10 tahun lalu.

Jumini merupakan anak kedua dari tiga bersudara. Di mata Ngadinah, anak gadisnya itu pintar menggembala kambing ke pinggiran hutan. Jumini sempat mengenyam pendidikan sampai kelas V SD.

“Sejak pohon jati kandang di tengah alas itu ditebang, Jumini tiba-tiba pulang dengan keadaan menangis. Saat itu pukul 16.00 WIB. Anak itu menangis sejadi-jadinya dan tidak ada yang bisa meredamnya hingga akhirnya berhenti sendiri. Sejak itu, tingkah Jumini aneh seperti anak kesurupan. Awalnya, masih bisa berkomunikasi dan memasak. Tetapi kalau kambuh ya menangis histeris dan sering keluar malam hari di rerimbunan pohon,” ujar Ngadinah sedih.

Nenek-nenek itu berusaha mencari paranormal untuk menyembuhkan derita Jumini. Sejumlah paranormal di Gilirejo Baru tak ada yang mampu menyembuhkannya. Sejumlah paranormal dari luar daerah pun didatangkan tetapi kondisi Jumini semakin bertambah parah.

“Kalau mengamuk tidak. Tetapi sering keluar malam yang dikhawatirkan. Saya sendiri kan tidak selalu di rumah karena harus mencari nafkah untuk kebutuhan hidup saya dan Jumini. Terpaksa kami mengurung Jumini di ruang itu. Makan dan minum selalu tersaji dan habis,” kata Ngadinah.

Ngadinah hanya mengandalkan panen jagung setiap tiga bulan sekali untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Ia merupakan janda miskin yang tidak kuat untuk membawa anaknya ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Solo.

“Sepekan lalu pernah ada petugas Dinas Sosial [Dinsos] yang berkunjung menjenguk Jumini. Petugas itu hanya memberi paket sembako tetapi tidak memberi tahu penanganan lebih lanjut,” kata Bino.

Ngadinah, Bino, dan tokoh masyarakat setempat berharap ada malaikat yang datang menyembuhkan derita Jumini yang mengalami gangguan kejiwaan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya