SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelecehan seksual (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Kisah siswi SMP asal Kismantoro, Wonogiri, berusia 14 tahun yang dihamili guru SD sungguh tragis. Tak hanya dihamili, siswi dari keluarga tidak mampu itu juga dipekerjakan sebagai pemandu lagu atau lady companion (LC) di tempat usaha karaoke.

Kisahnya berawal ketika gadis tersebut meninggalkan rumahnya di Kismantoro dengan niat mencari pekerjaan dan membantu keluarganya. Ia belum secara resmi keluar dari sekolahnya ketika pergi mencari pekerjaan tersebut beberapa bulan lalu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Singkat cerita, ketika sampai di Slogohimo, gadis ini bertemu dengan seorang SD asal Kecamatan Tirtomoyo berinisial KT di salah satu warung. KT kemudian mengontrakkan rumah untuk siswi SMP tersebut dan mencarikannya pekerjaan.

Atas rekomendasi teman KT asal Kecamatan Jatiroto, siswi SMP asal Kismantoro itu kemudian dipekerjakan sebagai pemandu lagu di salah satu tempat karaoke di Kecamatan Ngadirojo.

Siswi SMP asal Kismantoro, Wonogiri, yang dihamili guru SD itu bekerja menjadi pemandu lagu atau LC selama lebih kurang satu bulan dengan bayaran sekitar Rp1,2 juta/bulan. Tetapi ternyata ia hanya menerima gaji senilai Rp100.000 untuk satu bulan itu.

Belakangan diketahui, siswi SMP tersebut juga pernah bekerja di salah satu toko di wilayah Slogohimo dan tidak menerima upah atau gaji. Kini, siswi SMP tersebut dalam kondisi hamil dua bulan yang diduga akibat perbuatan KT, guru SD yang mengontrakkan rumah dan mencarikannya pekerjaan.

Tak hanya itu, akibat kehamilannya itu si gadis saat ini dirawat di salah satu rumah sakit di Slogohimo karena terus mual dan muntah. Kasus tersebut saat ini tengah ditangani Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB P3A) Wonogiri dan sudah pula dilaporkan ke polisi.

Wakapolres Wonogiri, Kompol Andi Muhammad Akbar Meksi, membenarkan sudah ada laporan terkait kasus siswi SMP asal Kismantoro yang dihamili guru SD itu. Sejauh ini Satreskrim Polres Wonogiri masih menyelidiki kasus itu dan pelaku yang merupakan guru SD belum ditangkap.

“Kami upayakan kasus ini cepat tertangani dan cepat selesai,” ujar Andi saat ditemui Solopos.com, Sabtu (4/3/2023) malam di Alun-alun Giri Krida Bakti Wonogiri.  

Indikasi Human Trafficking

Di sisi lain, Kepala Dinas PPKB P3A Wonogiri, Mubarok, saat diwawancarai Solopos.com, Minggu (5/3/2023), juga belum bisa memberikan penjelasan detail mengenai kasus tersebut. Ia mengatakan dinas masih menunggu korban yang masih dirawat di rumah sakit Slogohimo itu pulih sebelum mulai mengumpulkan informasi atau keterangan secara detail.

Hanya, dari informasi yang sudah diperoleh sejauh ini, Mubarok menjelaskan pencabulan terhadap siswi SMP asal Kismantoro itu dilakukan oleh seorang guru berstatus pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) salah satu SD di Kecamatan Tirtomoyo.

Kepala Bidang P3A Dinas PPKB P3A Wonogiri, Indah Kuswati, menambahkan kondisi korban saat ini sudah mulai membaik. Usia kandungan korban sekitar dua bulan. 

Menurut Indah, jika melihat usia kandungan korban yang sudah dua bulan, siswi SMP asal Kismantoro, Wonogiri, itu dihamili di rumah kontrakan yang disewakan guru SD itu beberapa bulan lalu. Bahkan, Indah mengatakan KT sudah mengakui sebagai pelaku pencabulan terhadap korban tersebut. 

“Kami masih menunggu korban benar-benar pulih dulu untuk meminta keterangan. Tapi kalau untuk pelakunya sudah pasti KT karena dia sudah mengaku,” kata Indah.

Selain pencabulan, Indah menduga ada indikasi terjadi tindak pidana perdagangan orang atau human trafficking dalam kasus tersebut. Namun dia belum bisa memastikan.

Hal itu akan dikoordinasikan dulu dengan Satuan Reskrim (Satreskrim) Polres Wonogiri dalam menangani masalah ini. “Dinas tahu kasus ini setelah korban melaporkan hal tersebut ke Polres Wonogiri beberapa hari lalu,” ucapnya.

Dia menambahkan korban pergi dari rumah karena benar-benar ingin mencari pekerjaan. Latar belakang keluarga korban termasuk kategori miskin. Dia hidup bersama ayah dan dua kakaknya. Ayah korban bekerja sebagai buruh serabutan dan dua saudaranya putus sekolah saat SMP. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya