SOLOPOS.COM - Mbah Kariyo Semito, 110, duduk di gubuk tempat tinggalnya di pinggir sawah Dukuh Semen RT 002, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Selasa (14/3/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kisah unik kakek berusia 110 tahun asal Sragen ini tinggal seorang diri di gubuknya di pinggir sawah.

Solopos.com, SRAGEN — Namanya Kariyo Semito biasa dipanggil Mbah Kariyo. Usinya 110 tahun. Dia tinggal di gubuk sempit pinggir sawah di Dukuh Semen RT 002, Desa Sribit, Sidoharjo, Sragen.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Mbah Kariyo tinggal di gubuk yang menempati tanah kas desa setempat. Bukan karena dia tak punya anak cucu, namun prinsip hidupnya yang tak mau merepotkan anak cucu membuatnya memilih tinggal sendiri. (Baca: Mbah Kariyo Tinggal Sendiri di Gubuk)

Banyak anak Mbah Kariyo yang mau memperhatikan tetapi Mbah Kariyo sendiri yang tidak mau. Saat Jepang masuk Sragen pada 1942, Kariyo telah menikahkan anak pertamanya. Dia memiliki sembilan istri dan 1 anak. Salah satu cucunya telah bersua 40 tahun.

Saat Solopos.com, kembali berkunjung ke gubuknya, Selasa (14/3/2017), Mbah Kariyo terlihat lebih rapi. Kumis dan jenggotnya telah dipotong, demikian halnya dengan rambut yang nyaris sebahu telah dipotong.

Kruk alumunium tersandar di dinding gedek di samping kirinya. Setiap kali orang lewat selalu disapanya. Bahkan sejumlah anak sekolah yang celometan sambil bersepeda angin saat pulang sekolah pun ditimpalinya. “Mulih ta, Ni [pulang ya, Ni]?” sapa Kariyo kepada seorang buruh tani yang lewat.

Ingatan Kariyo masih kuat kepada sejumlah tetangganya. Di usia sangat lanjut itu, pendengaran dan penglihatannya masih berfungsi normal tetapi tak satu pun gigi yang menempel di mulutnya. Kariyo memiliki sembilan istri. Ia hanya mengingat beberapa nama istrinya, yakni istri terakhir Sakiyem, istri keempat Suwarni, dan istri kedua Yenastri.

Semua istrinya meninggal dunia. Para istrinya itu ada yang dari Desa Kedungupit Kecamatan Sragen Kota, Ngawi Jawa Timur, Bojonegoro Jawa Timur, dan seputaran Sribit.

Kariyo tinggal di rumah berdinding gedek berukuran 3 meter x 6 meter yang dibangun warga secara swadaya di tanah kas desa pinggir persawahan Dukuh Semen.

Kebutuhan mandi dan buang hajat dilakukan di toilet masjid kurang dari 100 meter dari gubuk itu. Ia mengaku mengerjakan salat di masjid. Kebutuhan makannya dicukupi cucunya di Semen RT 001.

Setiap hari dikirim dua kali. Selain itu beberapa warga juga sering memberi makan Kariyo. Bahkan beberapa warga dari luar dukuh ada yang memberi pakaian dan perlengkapan tidur lainnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya