Soloraya
Minggu, 6 Juni 2021 - 08:42 WIB

Kisah Wahyu, Nakes di Sragen yang Kucing-Kucingan Swab Warga di Pemakaman

Tri Rahayu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga menjalani swab antigen saat tracing yang dilakukan petugas nakes Puskesmas Karangmalang didampingi pejabat muspika Karangmalang, Jumat (4/6/2021) sore. (Istimewa/Puskesmas Karangmalang)

Solopos.com, SRAGEN — Para tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Sragen masih terus bekerja melakukan tracing dan testing kendati ada pihak-pihak yang nyinyir. Mereka seolah tak menggubris kata orang. Mereka menjalankan tugasnya agar pandemi Covid-19 segera berakhir.

Seperti yang dilakukan Wahyu Widiyanto, 42, seorang nakes asal Kampung Ngadirejo RT 042/RW 013 Kroyo, Karangmalang, Sragen. Wahyu dan para nakes dari Puskesmas Karangmalang sudah sering melakukan tracing kasus Covid-19.

Advertisement

Tracing terakhir dilakukan pada kontak erat klaster keluarga yang ada di wilayah Desa Jurangjero, Karangmalang, Jumat (4/6/2021) sore. Tracing itu dilakukan lantaran ditemukan delapan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di dukuh itu dan dua di antaranya meninggal dunia.

Baca juga: Potensi Tsunami 29 Meter di Pantai Selatan Jawa Timur, Wonogiri Waspada!

Advertisement

Baca juga: Potensi Tsunami 29 Meter di Pantai Selatan Jawa Timur, Wonogiri Waspada!

Semula Wahyu menargetkan bisa tracing 100 orang. Namun sejak setelah Asar sampai menjelang Magrib hanya bisa menjaring sebanyak 84 orang dan hasilnya negatif semua.

Wahyu harus berhadapan dengan warga. Pehamanan warga yang berbeda-beda tentang Covid-19 membuat resistensi bagi sebagian warga.

Advertisement

Baca juga: Siap Tak Siap, Pokoknya PTM Juli

Wahyu menyayangkan adanya hoaks di media sosial yang sering kali membuat para nakes harus adu mulut dengan masyarakat Sragen. Dia melihat hoaks di media sosial itu sering kali membuat resah masyarakat. Padahal petugas Puskesmas Karangmalang tak kurang-kurang dalam sosialisasi.

“Kendala yang terberat yang karena benturan dengan masyarakat yang termakan hoaks itu. Kalau keluarga saya sudah bisa memahami. Setelah tracing biasanya saya jaga jarak dengan keluarga beberapa hari. Saya enggak peduli orang bilang apa soal nakes, yang penting kami bekerja seadanya. Kadang orang kena dulu baru percaya kalau ada Covid-19,” ujarnya,

Advertisement

Baca juga: Dulu Artis Termahal, Yati Octavia dan Pangky Suwito Kini Penjual Martabak

Klaster Keluarga Jurangrejo

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dr. Hargiyanto menjelaskan kasus di Jurangjero itu merupakan klaster keluarga. Dia mengatakan awalnya satu orang meninggal dunia dan dilakukan tracing. Setelah itu, ujar dia, ada satu orang lagi meninggal sehingga total yang poistif di klaster itu sebanyak delapan orang.

“Ya, mereka yang mau di-swab kadang ada yang lari dan harus di-oyak-oyak. Banyak yang tidak percaya sehingga saat tracing hasilnya tidak maksimal,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif