Soloraya
Senin, 21 Maret 2022 - 21:42 WIB

Kisah Warga Bantaran Sungai Wiroko Wonogiri, Rumah Kebanjiran 7 Kali

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi Sungai Wiroko di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Senin (21/3/2022). Sedimentasi di sungai tersebut dinilai sudah parah. (Solopos.com/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Bantaran Sungai Wiroko, Kecamatan Tirtomoyo dan Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri menjadi daerah langganan banjir saat berlangsung musim hujan. Hal itu disebabkan air Sungai Wiroko, Kecamatan Tirtomoyo yang sering meluap menyusul sudah parahnya sedimentasi di sungai setempat.

Suratman, warga Dusun Karangturi, Desa Bulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, menatakan rumahnya sudah kebanjiran hingga tujuh kali. Hal itu terjadi saat musim hujan di akhir 2021 hingga awal 2022.

Advertisement

“Musim hujan tahun ini banjirnya sudah masuk ke rumah sampai tujuh kali,” kata pria yang akrab disapa Ratman saat ditemui Solopos.com, di rumahnya, Senin (21/3/2022).

Baca Juga: Cegah Banjir, BPBD Wonogiri Keruk Sungai di Selogiri

Advertisement

Baca Juga: Cegah Banjir, BPBD Wonogiri Keruk Sungai di Selogiri

Ratman mengatakan kejadian banjir paling parah terjadi di tahun 2017. Saat itu, air yang meluap dari Sungai Wiroko hampir merendam seluruh rumahnya. Saat banjir dinilai sudah parah, Ratman pun terpaksa mengungsi ke tempat yang dinilai lebih aman.

“Kadang-kadang saat mengungsi saya enggak sempat menaikkan pakaian dan kasur ke tempat lebih tinggi. Begitu banjir surut tetap basah bercampur lumpur. Sudah enggak bisa dipakai lagi,” ujarnya.

Advertisement

“Aliran airnya deras. Serem keadaannya. Batu-batu di pinggir dan bangunan kadang sampai terseret arus banjir,” kata Sardi.

Baca Juga: Limbah Pertanian Sumbat Luweng Disebut Jadi Pemicu Banjir di Wonogiri

Sardi mengatakan dampak banjir sangat menyusahkan dirinya dan warga lainnya. Pascabanjir, biasanya masih ditemukan banyak lumpur di lingkungannya.

Advertisement

“Sumur-sumur yang kemasukan air sungai saat banjir otomatis menyerap ke bawah dan airnya jadi butek. Padahal air sumur itu biasa buat mandi dan minum,” katanya.

Sardi mengatakan upaya pengerukan sedimentasi di Sungai Wiroko kali terakhir berlangsung dalam tiga tahun lalu.

“Setelah itu tidak ada kabar lagi,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif