SOLOPOS.COM - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dan Duta Perubahan Perilaku, Reisa Broto Asmoro (kedua dari kiri), saat menghadiri sentra vaksinasi Keraton Solo di Sasono Sumewa Pagelaran Keraton Solo, Sabtu (23/10/2021). (Solopos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — Juru Bicara Pemerintah untuk Covd-19, Reisa Kartikasari Broto Asmoro, turut mengomentari temuan klaster Covid-19 di lingkungan sekolah penyelenggara PTM di Kota Solo. Seperti diketahui, jumlah guru dan siswa SD dan SMP Solo yang terpapar Covid-19 mencapai 68 orang hingga Kamis (21/10/2021).

Dokter Reisa menegaskan pentingnya strategi 3T yakni testing, tracing, dan treatment untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kalau ada anak yang terkena Covid-19, yang seharusnya dilakukan tracing hingga testing adalah lingkungan sekitarnya khususnya orang tua.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Apalagi anak-anak di Indonesia mayoritas belum mendapatkan vaksinasi. Sehingga tracing siapa pembawa virus aslinya perlu dilakukan. “Tracing lingkungan soal penerapan prokes. Ini yang paling penting,” kata Reisa saat menghadiri kegiatan vaksinasi di Sasono Sumewa, Pagelaran Keraton Solo, Sabtu (23/10/2021) pagi.

Baca Juga: 60.000 Vaksinasi Keraton Solo Mencakup Warga Ponorogo hingga Pacitan

Mengenai munculnya klaster di sekolah Kota Solo yang menggelar PTM, Reisa menegaskan anak-anak bukanlah superman yang bisa kebal Covid-19. Maka dari itu, orang tua harus memastikan mereka selalu menerapkan protokol kesehatan (prokes). “Apalagi anak-anak belum divaksin, maka perlindungan utama ya dari orang-orang sekitar,” terangnya.

Lebih lanjut, Reisa mengatakan penyelenggaraan PTM harus sesuai syarat yang diatur dalam SKB tiga menteri. Dalam aturan itu disebutkan sebelum menggelar PTM harus dipastikan lingkungan sekolah aman. Perlindungan para murid menjadi tanggung jawab orang tua dan sekolah.

Level PPKM

Orang tua tak boleh asal melepaskan anak. Namun harus dipastikan semua prokes terpenuhi.”PPKM juga lihat kondisi aman apa enggak. Pantau daerah tersebut berada di level berapa. Kalau sudah rendah, dilihat dulu. Kalau satu dua, di zona hijau enggak ada kasus, ya tetap dicoba PTM. Akan disayangkan kalau misal PTM terbatas tapi prokes tidak dijalankan,” terangnya.

Baca Juga: Disambut Selvi Ananda, BKKBN Jateng Apresiasi Kampung KB Solo

Apabila sudah ada kasus seperti di Solo, Reisa mengatakan tindakan yang harus dilakukan adalah menutup sekolah. Dilanjutkan dengan penyemprotan disinfektan dan tracing.

Sementara itu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan saat ini terus melakukan testing dan tracing untuk menekan jumlah kasus Covid-19, khususnya klaster PTM di sekolah. Klaster PTM ini menjadi pekerjaan rumah (PR) yang cukup berat dan harus diperketat.

“PTM ini memang PR utama kita, harus super duper ketat. Tapi yang perlu diingat, bukan klaster sekolah, kita enggak menyalahkan sekolah. Di sekolah hanya satu atau dua jam, tapi bagaimana kita memonitoring sehabis sekolah,” terangnya.

Baca Juga: Waspadai Covid-19 Gelombang ke-3, Reisa Gencarkan 3M dan 3T di Solo

Lebih lanjut, Gibran menargetkan status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Kota Solo turun ke level satu. Ia sudah bertemu dan diskusi dengan para pimpinan daerah di wilayah Soloraya mengenai hal tersebut.

Hal itu mengingat penurunan level PPKM merupakan kerja bersama semua kabupaten atau kota di wilayah aglomerasi Soloraya. “Butuh kerja keras dan kerja bersama, bukan hanya Solo tapi itungannya aglomerasi Soloraya. Kemarin ketemu bupati-bupati, capaian vaksinasi Soloraya juga sudah 70% lebih,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya