SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat koleksi Museum Radya Pustaka, Minggu (26/3/2023). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, SOLO —Tercatat sekitar 400 lebih naskah kuno disimpan di Museum Radya Pustaka Kota Solo. Naskah-naskah kuno tersebut terbuat dari bahan yang bervasiasi mulai dari kertas daluwang, kertas Eropa yang memiliki watermark, hingga daun ron atau rontal.

Semua manuskrip atau carik tersebut ditulis menggunakan tulisan tangan asli. Dengan tulisan jawa latin, masing-masing carik punya gaya tulisan yang khas oleh penulisnya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pengurus museum, Bangkit Supriadi menjelaskan sampul dari naskah kuno ada yang terbuat dari kertas, ada pula yang berasal dari kulit. Lalu, goresan tinta dalam naskah kuno pun bermacam warna mulai dari emas, merah, hijau, dan lain sebagainya.

“Kalau naskah mewah yang bagian depan biasanya ada iluminasinya, jadi kayak ukir-ukiran tulisannya,” ucap dia saat ditemui Solopos.com, di Museum Radya Pustaka pada Jumat (24/3/2023).

Adapun ukuran buku koleksi naskah kuno juga bermacam macam, ada yang luasnya 20 sentimeter. Keunikannya pada lembaran kertas naskah kuno terasa lebih tebal dibandingkan kertas pada umumnya, warna lembaran kecokelatan.

“Mereka tintanya bukan balpoint, jadi tebal-tebal seperti memakai spidol, tapi tidak seperti kuas ya,” jelas dia.

Ada banyak koleksi bacaan naskah kuno di Radya Pustaka dan menyimpan berbagai macam bacaan ilmu. Mulai dari cerita sejarah yang biasanya dituliskan di babad, seperti babad tanah jawa, dan lainnya. Kemudian bacaan piwulang yang memuat berbagai wejangan-wejangan dalam kehidupan.

“Bacaan piwulang, itu seperti ilmu orang tua menasihati anaknya, jadi piwulang untuk istri, piwulang untuk anak, dan lainnya,” kata dia.

Selain itu, juga ada koleksi tentang ilmu jamu atau kesehatan tradisional masyarakat jawa, ilmu kawruh kala atau teknik pembangunan perumahan. Ada pula bacaan ilmu kebudayaan seperti keris, karawitan, wayang.

“Ada juga tentang serat-serat bagaimana cara kita mendekatkan diri dengan tuhan, kalau orang jawa itu ada melalui puasa, memerangi hawa nafsu dan sebagainya,” ucap dia.

Naskah-naskah kuno yang ada di Radya Pustaka berusia cukup lama. Misalnya saja serat Babad Prayut penulis R.Ng Yasadipura yang menceritakan sejarah tentang Yogyakarta dan Solo pada 1762 sampai 1768.

Kemudian, Suluk Condra dan Serat Jekrek ditulis oleh R.M.H Jayadiningrat I. Selain itu, R.M.H Jayadiningrat I juga menulis Serat Wulang.

“Naskah terlama itu 1729 namanya serat Yusuf kertasnya Daluwang,” ungkapnya.

Adapaun serat Yusuf memuat kisah-kisah perjalanan Nabi Yusuf serta pengetahuan seputar agama Islam. Ditulis oleh juru rulis era keraton Kartasura, serat Yusuf masih disimpan dengan baik di museum Radya Pustaka bersama naskah kuno lain.

Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam koleksi naskah kuno di museum ini. Hanya para peneliti dengan surat izin resmi yang berkepentingan dengan jelas yang bisa mengakses koleksi naskah kuno.

Museum Radya Pustaka menjadi rujukan dan banyak dikunjungi oleh peneliti dari berbagai penjuru yang ingin belajar sejarah dan kebudayaan Kota Solo. Adapun peneliti dari luar kota hingga luar negeri juga tak jarang melakukan penelitian naskah kuno di Museum Radya Pustaka.

Museum Radya Pustaka buka dari 08.00 WIB sampai 16.00 WIB setiap harinya. Sementara khusus Ramadan, museum mulai buka pukul 08.00 WIB sampai 15.00 WIB. Buka setiap hari, kecuali Senin libur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya