SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

WONOGIRI--Komisi C DPRD Wonogiri melakukan inspeksi mendadak (sidak) proyek jembatan dan jalan di Kecamatan Sidoharjo yang telah selesai akhir tahun 2011. Sidak tersebut dilakukan karena hasil proyek dianggap kurang memuaskan.

Pertama, proyek rehab jembatan di Desa Mojoreno. Jembatan yang merupakan jalan alternatif menuju Kecamatan Jatiroto itu rusak karena dimakan usia dan tergerus aliran sungai di tahun 2011. Perbaikan jembatan itu baru selesai akhir tahun 2011 dan kini masih tahap pemeliharaan dari pihak rekanan.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Kepala Desa Mojoreno, Sardi, mengatakan warga merasa kurang puas dengan tatanan batu bangunan jembatan dan aspal di atas jembatan yang kini sudah bergelombang. “Tatanan batu yang tidak rata membuat jembatan terkesan tidak rapi. Aspal di bagian atas jembatan juga sudah bergelombang. Sebenarnya kami juga merasa kasihan pada pekerja yang bahkan harus lembur untuk mengejar waktu. Tapi mau bagaimana lagi,” ungkapnya kepada wartawan saat di lokasi, Jumat (17/2/2012).

Sedangkan Anggota Komisi C DPRD Wonogiri di antaranya Sardi, Joko Prayitno, Haryoto dan Wahyudi menyoal tentang pagar jembatan yang tidak menggunakan tulang besi untuk memperkuat. Pasalnya, pagar jembatan itu terbuat dari tumpukan batu dengan perekat semen. “Jika tertabrak kendaraan dan jebol bagaimana? Apa seperti itu bisa tahan lama?” kata salah seorang Anggota Komisi C DPRD Wonogiri, Sardi.

Di lokasi kedua, yakni jalan desa Tempursari-Sembukan hingga sekitar Jembatan Bomantoro yang menuju Kecamatan Tirtomoyo dan Nguntoronadi. Seorang Anggota Komis C, Suhardono, mengatakan jika jalan itu sudah berulang kali diperbaiki tetapi kembali rusak dan bergelombang. Terutama di dekat jembatan yang dapat membahayakan pengendara sepeda motor.

Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Toto Prasojo, yang kala itu mengikuti sidak menyatakan kedua proyek tersebut masih dalam tahap pemeliharaan selama enam bulan. Dinas telah mengirim surat ke pihak rekanan untuk segera memperbaiki dan membenahi kerusakan di proyek tersebut.

“Untuk aspal di jembatan Mojoreno, tanah uruk di atas jembatan memang kurang padat. Kami sudah meminta pihak rekanan untuk memperbaiki. Sedangkan pemeliharaan jalan juga telah kami sampaikan ke rekanan. Masa pemeliharaan kedua proyek itu hingga akhir Juni 2012,” jelasnya.

Dari data di DPU, rehab Jembatan Mojoreno menghabiskan dana Rp 245,96 juta dan pemeliharaan jalan desa sepanjang 2,6 kilometer di Tempursari-Sembukan menelan dana Rp 197,23 juta. Dua proyek itu didanai dari Dana Percepatan Infrastruktur Daerah (DPIP) 2011.

Di sisi lain, Toto berharap agar warga juga ikut menjaga semua proyek jalan dan jembatan yakni dengan mengoptimalkan saluran drainase di sisi jalan yang kini banyak hilang. “Jadi, saat hujan, air tidak mengalir ke jalan raya sehingga tidak merusak aspal,” imbuhnya.

(JIBI/SOLOPOS/Ayu Abriyani KP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya