Sukoharjo (Solopos.com)--Komisi IV DPRD Sukoharjo menilai Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan (DPOPK) tidak proaktif terkait pembenahan dan pengembangan objek wisata di Kota Makmur. Hal itu menyusul belum adanya pengajuan anggaran saat pembahasan KUA-PPAS APBD 2012.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Ketua Komisi IV DPRD Sukoharjo, Sudarsono, menyatakan telah meminta DPOPK mengajukan anggaran untuk kebutuhan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan objek wisata di wilayah setempat. Dia mengatakan saran itu disampaikan di rapat komisi bersama jajaran instansi terkait, terutama DPOPK.
“(DPOPK) Sudah kami minta mengajukan anggaran sesuai kebutuhan untuk sektor pariwisata. Tapi cukup mengherankan karena saat pembahasan KUA PPAS (kebijakan umum anggaran plafon prioritas anggaran sementara) ternyata belum ada,” ungkapnya ketika dihubungi Solopos.com melalui telepon genggam, Selasa (8/11).
Sudarsono menyatakan Komisi IV DPRD Sukoharjo mendukung penuh program-program pengembangan sektor pariwisata Pemkab. Komitmen tersebut, tegas dia, penting untuk kepentingan dan kemajuan daerah. Namun menurut dia sangat disayangkan DPOPK selaku satuan kerja (Satker) yang berkepentingan justru bersikap pasif.
“Seharusnya sudah ada pengajuan pada saat pembahasan KUA-PPAS, tapi belum ada. Dinasnya saja tidak proaktif karena pada rapat komisi sebenarnya sudah diminta untuk mengajukan,” tandasnya.
Terpisah Kepala DPOPK Kabupaten Sukoharjo, Ninik Sri Lestari Handayani, tidak dapat dimintai konfirmasi mengenai kondisi kepariwisataan setempat. Tidak ada jawaban dari nomor telepon genggam pejabat bersangkutan saat beberapa kali dihubungi Solopos.com, Selasa sore.
Meski demikian dalam kesempatan terdahulu, Kepala Bidang Pariwisata DPOPK, Sri Joko Indarto, menegaskan kebutuhan anggaran untuk program pengembangan pariwisata di Sukoharjo sangat besar, terutama Batu Seribu. Menurut dia biaya pemeliharaan dan perbaikan aneka sarana-prasarana (Sarpras) pendukung mencapai miliaran rupiah mengingat kondisinya yang semakin memprihatinkan. Namun selain Batu Seribu, dibutuhkan anggaran program serupa di objek-objek wisata lain.
(try)