Soloraya
Rabu, 8 Februari 2017 - 21:40 WIB

KOMODITAS PANGAN BOYOLALI : Harga Cabai Meroket, Warung Sambal Tombok Rp30 Juta/Hari

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sambal dan ayam goreng (JIBI/SOLOPOS)

Komoditas pangan Boyolali, warung spesial sambal tombok Rp30 juta/hari karena harga cabai tinggi.

Solopos.com, BOYOLALI — Harga cabai rawit yang meroket membuat sejumlah usaha rumah makan yang mengambil spesialisasi makanan pedas kelimpungan. Salah satunya Warung Spesial Sambal (SS).

Advertisement

Pengelola SS harus merogoh kocek tambahan Rp30 jutaan per hari demi menjaga kualitas hidangannya. “Terus terang saja, kami terpukul dengan meroketnya harga cabai rawit selama hampir empat bulan ini. Biaya usaha kami membengkak Rp30 jutaan/hari,” ujar Yoyok Hary Wahyono, pendiri sekaligus pemilik Warung SS saat dihubungi Solopos.com, Rabu (8/2/2017).

Usaha warung makan SS yang didirikan warga Kelurahan Banaran, Boyolali Kota, ini mencapai 78 cabang yang tersebar di sejumlah kota besar di Jawa dan Pekanbaru. Dengan jumlah sebanyak itu, kata Yoyok, setiap harinya biaya untuk membeli cabai rawit mencapai puluhan juta.

Hal itu karena kekuatan utama warung makan tersebut bertumpu pada sambal segar yang langsung diulek sesuai pesanan. Hal inilah yang membuat rumah makan SS terpukul ketika harga cabai meroket tak kunjung turun.

Advertisement

“Sepanjang 15 tahun saya menggeluti usaha sambal, baru kali ini harga cabai menembus angka fantastis dan terlama,” terangnya.

Yoyok menengarai ada pemain besar di balik meroketnya harga cabai yang tak kunjung turun. Biasanya, kata dia, saat harga cabai meroket harganya tak sampai menembus angka di atas Rp100.000 dan paling lama hanya dua bulan.

“Nah, kali ini harga sampai Rp140.000/ kg dan selama hampir empat bulan ini ta normal. Ini ada yang janggal,” paparnya.

Advertisement

Meski harga cabai meroket, Yoyok tak mau mengurangi takaran cabai untuk menu warung makannya. Menurutnya, konsumen adalah raja yang tak boleh dikecewakan karena meroketnya bahan utama.

Risikonya, kata dia, biaya pengolahan membengkak hingga Rp30 jutaan/hari. “Ini risiko berjualan makanan. Kualitas rasa sambal warung saya tak boleh berkurang. Caranya, ya saya harus menambahi biaya lagi,” terangnya.

Selain tak mau mengurangi kualitas sambal, Yoyok juga tak mengurangi tenaga kerjanya yang mencapai ribuan orang karena terpukul kenaikan harga cabai. “Saya tak akan mengurangi tenaga kerja. Semoga harga cabai lekas pulih,” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif