SOLOPOS.COM - Komunitas Resan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menanam pohon di Kraton Kartasura pada kegiatan Sadranan Ageng Kraton Kartasura, Sabtu (26/3/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Komunitas Resan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menanam pohon di Keraton Kartasura, Sukoharjo, Sabtu (26/3/2022). Kegiatan yang dilaksanakan bersamaan dengan Sadranan Ageng Keraton Kartasura ini bertujuan untuk menjaga kelestarian alam.

Anggota Komunitas Resan Gunung Kidul, Syaidha Daru, 33, bersama 7 rekannya membawa pohon resan untuk ditanam di kompleks makam Keraton Kartasura. “Kebetulan saya dan teman-teman pecinta pohon resan membawa bibit pohon ini untuk ditanam di sini [makam Keraton Kartasura], harapannya bisa tumbuh besar dan bermanfaat untuk warga sekitar, semoga kawasan makam juga semakin lestari,” ujarnya saat di temui wartawan disela Sadranan Ageng Kraton Kartasura.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Komunitas ini kerap melakukan penanaman pohon setiap Sabtu atau Minggu di daerah sekitar kawasan sumber mata air, embung, dan DAS (daerah aliran sungai) di kawasan Gunung Kidul dan sekitarnya.

Baca Juga: Warga Salatiga hingga Yogya Ikuti Sadranan Ageng Keraton Kartasura

“Berangkat dari Gunung Kidul yang masih banyak lahan kering kami mencoba menghijaukan alam. Harapannya, masyarakat umum dapat mencintai pohon karena banyak manfaatnya, seperti sumber air, oksigen dan banyak manfaat lainnya,” harap Daru.

Pada bagian lain, pemrakarsa Sadranan Ageng Kraton Kartasura, Djuyamto, mengatakan perawatan dan upaya melestarikan budaya terus ia gencarkan melalui beragam kegiatan. Ia juga ingin menumbuhkan rasa memiliki Kraton Kartasura dalam kalangan warga. Salah satu kegiatan di antaranya Sadranan Ageng Keraton Kartasura dengan menggandeng warga dan komunitas.

“Perawatan dan upaya Keraton Kartasura agar tidak terbengkelai menjadi tanggung jawab pemerintah dan warga, sehingga komunitas sosial maupun budaya dan warga setempat terpanggil supaya menjadikan lingkungan Keraton Kartasura menjadi ruang terbuka, untuk kegiatan budaya,” jelasnya.

Baca Juga: Lega, Warga Lemahireng dan Kaligawe Klaten Bisa Gelar Tradisi Sadranan

Dengan harapan tersebut, Djuyamto mengharapkan lingkungan Keraton Kartasura menjadi kawasan yang bersih, tidak menakutkan dan nyaman. Besik dan Sadranan, menurutnya menjadi bagian dalam nguri-uri budaya yang harus dipelihara.

“Kegiatan dari siapa saja terkait

dan kelestarian Budaya boleh dilakukan, dari [komunitas] teman-teman Gunung Kidul juga kami turut berterima kasih karena ikut menanam pohon, sebagai pengikat air tanah” jelasnya saat ditemui dalam kegiatan Sadranan tersebut.

Presidium Perkumpulan Wargo Ageng Kartasura (Pawartos), Ruthsahaya Sapujiati, mengatakan Sadranan kali ini diikuti 14 komunitas warga sekitar Keraton Kartasura bahkan dari daerah lain.

“Sadranan digelar dalam rangka menyambut Ramadan, yang terlibat ada 14 komunitas untuk menggerakkan masyarakat agar menjadi satu kesatuan handarbeni nduweni kebudayaan [menciptakan rasa memiliki Kebudayaan],” terangnya.

Baca Juga: Tenongan saat Sadranan Selalu Berbentuk Lingkaran, Ini Filosofinya?

Kegiatan Sadranan diadakan dengan serangkaian bersih-bersih makam, yasinan, dan juga pementasan wayang serta tumpeng yang akan di makan bersama saat kegiatan di malam hari. Besik sendiri dilakukan pada pagi hari hingga usai pembersihan makam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya